Pemanfaatan
Kulit Buah Kakao Yang Di Fermentasi
Dengan
Kapang Phanerochaete Chrysosporium
Sebagai
Pengganti Hijauan Dalam Ransum Ternak Kambing
KARYA
TULIS ILMIAH
Oleh:
VIKA
CAHYA ELITA
BP.
15251323008
Dosen
Pembimbing:
Ir.
Yun Sondang, MP
Ir.
Nelzi Fatih, MP
Ir.
Yuliansri, M. Si
PROGRAM
STUDI PETERNAKAN
JURUSAN
BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK
PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
TANJUNG
PATI
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur Penulis persembahkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, seiring dengan itu shalawat kepada junjungan umat
yaitu Rasulullah SAW., atas ilmu yang diwariskan dan salam kepada
seluruh keluarga, para sahabat serta orang-orang yang meneruskan
pejuangan beliau hingga akhir zaman.
Dalam
kesempatan ini, Penulis mempersembahkan sujud kepada Ibunda dan
Ayahanda tercinta atas curahan kasih sayang, untaian doa, cucuran
keringat, dan serta ketulusan hati yang selalu mengantarkan Penulis
menapaki jalan menuju kesuksesan, Bapak/Ibu Staf Pengajar Teknik
Penulisan Laporan dan Seminar beserta Teknisi Politeknik Pertanian
negeri payakumbuh, serta rekan-rekan dan pihak-pihak yang telah
memberikan dorongan moril, spiritual dan pemikiran dalam memprakarsai
penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Tidak
ada yang begitu sempurna di dunia ini, sebagai manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat kostruktif demi kesempurnaan penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini. Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih.
Tanjung
Pati, Oktober
2015
VCE
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR
ISI ii
I.
PENDAHULUAN 1
1.1.
Latar Belakang 1
1.2.
Tujuan 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1.
Karakteristik pakan
dari kulit kakao 3
2.2.
Cara pembuatan pakan
dari kulit kakao 3
2.3.
pengaruh pemberian kulit
kakao fermentasi untuk kambing 4
III.
METODE PENULISAN 5
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
4.1
Hasil. 6
4.2
Pembahsan. 7
V.
KESIMPULAN DAN SARAN 10
5.1.
Kesimpulan 10
5.2.
Saran 10
DAFTAR
PUSTAKA 11
DAFTAR
TABEL
Halaman
1.Kandungan
Nutrisi Pakan Kakao 5
2.Kandungan
Theobromin Pada Bagian Bagian Kakao
5
3.
Rataan Konsumsi (BK), (BO) Ransum dan (PBB) ternak kambing 9
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
1.kulit
buah kakao
5
I.
PENDAHULUAN
-
Latar Belakang
Pakan
utama ternak ruminansia berupa hijauan yang meliputi
rumput,leguminosa, dan daun daunan.ketersediaan hijauan mengalami
beberapa kendala yang disebabkan oleh produksi yang rendah dan
ketersediaan yang tidak kontinue, maupun ketersediaan lahan untuk
menanam rumput yang selalu berkurang.berdasarkan kondisi tersebut
perlu dilakukan eksplorasi limbah perkebunan maupun pertanian yang
potensial sebagai pakan ruminansia yang bisa digunakan sebagai
pengganti hijauan.salah satu limbah perkebunan yang menjanjikan yaitu
limbah pengolahan buah kakao berupa kulit buah kakao.
Tananam
kakao(theobroma cacao l) merupakan salah saatu tanaman perkebunan
yang luas areal penanamannya terus mengalami peningkatan.pada tahun
2007 mencapai 1278,2 hekta dengan produksi 671,4 ton meningkat
menjadi 1364,4 hektar dengan produksi 721,4 pada tahun 2008(deptan
2009).selama ini daribuah kakao hanya keping biji yang dimanfaatkan
sebagai komoditi eksport.sedangkan bagian lain belum dimanffatkan
secara optimal.limbah pertanian tanaman kakao terdiri dari kulit
buah, kulit biji dan plasenta.kulit buah kakao merupakan limbah
dengan proporsi paling besar dihasilkan. kulit biji diperoleh dengan
pengolahan biji yang besarnya 10% dari berat kakao.buah kakao terdiri
dari tiga bagian yaitu kulit buah kasar 74%, plasenta 4% dan biji
24%.(harsini dan susilowati, 2010) berdasarkan perhitungan, potensi
kulit buah kakao pada tahun 2007 sebanyak 508,04 ton dan pada tahun
2008 sebanyak 545,88 ton, kulit buah kakao yang begitu banyak apabila
tidak ditangani dengan baik akan menjdi masalah yang cukup serius
bagi lingkungan, padahal ditinjau dari komposisinya limbah tersebut
mengandung nutrien yang dibutuhkan ternak khususnya ternak
ruminansia.
Kandungan
lignin yang tinggi mencapai 38,78% dan tekstur yang keras akan
menurunkan konsumsi, kecernaan pakan dan penampilan ternak.sehingga
dengan penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan ternak memerlukan
pengolahan dan pengayaan nutrisi. Nilai
manfaat kulit buah kakao sebagai pakan dapat ditingkatkan dengan
cara memutus atau mengurangi keeratan antara selulosa dan
hemiselulosa dengan lignin.
Sehubungan
dengan tingginya kandungan lignin kulit buah kakao merupakan masalah
tersendiri dalam pemilihan kapang yang akan digunakan.kapang
trichoderma viride merupakan kapang penghasil enzim selulotik
sedangkan yang dibutuhkan adalah enzim ligninolitik yang dapat
merombak ikatan struktur lignin dinding sel.Delignifikasi dapat
terjadi dengan merombak dan melarutkan lignin yang tekandung dalam
kulit buah kakao. Ikatan
lignoselulosa dapat diputus dengan ligninase (enzim pendegradasi
lignin) seperti lignin peroksidase (liP), mangan peroksidase
(MnP),laccase(takano et al.2004).
Panerochaete
chrysosporium adalah kapang saprofitik yang mampu merombak komponen
kayu pada tanaman mati. Kapang ini tidak bersifat patogen pada
manusia maupun ternak(jhadav et al. 2009). Kapang P. Chrysosporium
merupakan kapang pendegradasi lignin dari kelas basidiomisetes,
membentuk sekumpulan miselia dan berkembang biak secara aseksual
melalui spora. Kapang ini adalah white
rot fungus
yang mempunyai kemampuan kuat merombak lignin secara efektif dengan
menghasilkan enzim peroksidase ekstraseluler berupa lignin
peroksidase (liP), dan mangan peroksidase (MnP), yang mampu
memutuskan ikatan lignoselulotik.fermentasi kulit buah kakao dengan
kapang P. Chrysosporium mampu menurunkan kandungan lignin sebesar
7,12%(laconi 1998). kandungan total
digestibel nutrien
(TDN) dan protein kulit buah kakao tanpa pengolahan hampir sama yang
ada pada rumput gajah.
Bikonversi
dengan kapang P. Chrysosporium diduga mampu mengurangi keeratan
ikatan dan kandungan lignin bahan yang dapat meningkatkan kualitas
kulit buah kakao. Untuk itu pada penelitian ini dicobakan penggunaan
kulit buah kakao sebagai bahan komplit ternak kambing.
-
Tujuan
Penulisan
karya tulis ilmiah bertujuan:
(1)
Bagi penulis untuk melengkapi tugas TPLS (teknik penulisan laporan
seminar),
(2)
melatih mahasiswa dalam pembuatan suatu karya tulis dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
pedoman penulisan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh,
(3)
Untuk
mengetahui pengaruh pemberian
kulit kakao fermentasi dengan
kapang phanerochaete chrysosporium
dalam
ransum ternak kambing.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Karakteristik Pakan
Dari Kulit Kakao
Kakao
yang memiliki nama latin TheobromaCcacao
L
atau
yang sering kita bisa sebut dengan coklat merupakan tanaman yang
banyak tumbuh di daerah tropis. Kakao secara umum adalah tumbuhan
yang menyerbuk silang dan memiliki inkubalitas sendiri. Buah kakao
berbentuk bulat hingga memanjang. Buah memiliki 5 daun buah yang di
dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah, sewaktu mudah
berwarna hijau dan ungu. Apabila buah sudah masak kulitnya berwarna
kuning.
(zohdin, 2008)
Kakao
merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma,suku
Sterculiaceae
yang
diusahakan secara komersial. Menurut
Hasbawati,
(2006.)
, sistematika tanaman ini sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Subkelas
: Dialypetalae
Bangsa
:
Malvales
Suku
: Sterculiaceae
Marga
: Theobroma
Genus
: Theobroma
cacao L.
Gambar
1. Kulit buah kakao
Kandungan
nutrisi pakan kakao
|
Komponen
|
Smith
dan Adegbola(1982)
|
Amiroenas
(1990)
|
Roesmanto(1991)
|
|
Bahan
kering
|
84,00-90,00
|
91,33
|
90,40
|
|
Protein
kasar
|
6,00-10,00
|
6,00
|
6,00
|
|
Lemak
|
0,50-1,50
|
0,90
|
0,90
|
|
Serat
kasar
|
19,00-28,00
|
40,33
|
31,50
|
|
Abu
|
10,00-13,80
|
14,80
|
16,40
|
|
BETN
|
50,00-55,60
|
34,26
|
-
|
|
Kalsium
|
-
|
-
|
0,67
|
|
Pospor
|
-
|
-
|
0,1
|
Guntoro
(2012 ),Kulit buah kakao mengandung alkaloid theobromin (3,7 –
dimethyxantine) yang merupakan faktor pembatas pada pemakaian limbah
kakao sebagai pakan ternak.
Kandungan
Theobromin pada bagian-bagian buah kakao
|
Bagaian
Buah Kakao
|
Kandungan
Theobromin (%)
|
|
Kulit
buah
|
0,17-0,20
|
|
Kulit
biji
|
1,80-2,10
|
|
Biji
|
1,90-2,0
|
2.2
Cara Pembuatan Pakan
Dari Kulit Kakao
Menurut
wahyuni dan miwing (2018), Kulit buah kakao segar diicacah lalu
dijemur hingga kering ,agar tidak membusuk.sebelum di fermentasi
kulit buah kakao ditambah air hingga kadar air menjadi 60-65%, lalu
dikukus selama lima jam.selanjutnya kulit buah kakao ditunggu hingga
dingin lalu diinokulasi dengan kapang P. Chrysosporium. fermentasi
berlangsung secara anaerob selama 20 hari, kemudian produk fermentasi
dijemur dibawah sinar matahari hingga kering, lalu digiling sampai
halus dan siap digunakan sebagai komponen pakan konsentrat.
2.3
Pengaruh Pemberian Kulit
Kakao Fermentasi Pada Pertambahan Bobot Badan Kambing.
Pada
hasil penelitian yang dilihat pada tabel 2 menunjukkan rataan
pertambahan bobot badan kambing yang pling tertinggit diperoleh pada
ransum yang menggunakan kulit kakao fermentasi R3, yang diikuti oleh
yang menggunakan kulit kakao tanpa fermentasi R2, dan yang terahir
dalam ransum yang menggunakan rumput gajah R1. Hal ini disebabkan
karena perbedaan protein kasar yang terkandung yang terlihat pada
tabel 1. khasrad (2003) menjelaskan bahwa konsumsi protein dan energi
yang lebih tinnggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang cepat.dan
juga terlihat dari pencapaian bobot badan tertinggi R3 menujukkan
bahwa penggunaan kapang P. Chrysosporium diduga mampu mengurangi
keeratan ikatan dan kandungan lignin bahan yang dapat meningkatkan
kualitas kulit buah kakao, walauun secara mutlak terdapaat perbedaan
nilai pertambahan bobot badan . namun hasil analisis ragam
menunnjukkan bahawa perlakuan tidak nyata (p > 0,05)mempengaruhi
bobot badan kambing.akmal dan oksirandi (2012).
III.
METODE PENULISAN
Penulisan
karya tulis ilmiahini berdasarkan studi kepustakaan, penulis
mengambil dari buku-buku yang di peroleh dari perpustakaan yang ada
tepatnya di Politeknik Negeri Payakumbuh, serta dapat dicari di
internet yang ada disekitar lingkungan yang ada menyediakan, yakni
sebagai sumber pedoman dalam isian kesempurnaan dari laporan ini,
disamping itu penulis mengambil beberapa aspek yang akan dijadikan
sebagai petunjuk.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan pemberian pakan kulit kakao fermentasi terhadap
pertambahan bobot badan kambing diperoleh data sebagai berikut:
Tabel
2.Rataan Konsumsi Bahan Kering (BK)Bahan Organik (BO) Ransum dan
Pertambahan Bobot Badan (PBB) (g/ekor/hari) ternak kambing.
|
Perlakuan
|
Konsumsi
|
PBB
|
|
|
BK
|
BO
|
||
|
R1
|
638,0
|
611,2
|
84,5
|
|
R2
|
704,3
|
564,8
|
89,8
|
|
R3
|
685,8
|
601,8
|
101,7
|
Ket:
R1:rumput gajah 25%+ 75% konsentrat R2:kulit buah kakako (KBK) tanpa
frementasi 25%+ 75% konsentrat R3: kulit buah kakao (KBK) fermentasi
25%+ 75% konsentrat.
4.2
Pembahasan
Akmal
dan Okrisandi, (2012) Hasil
penelitian terhadap Konsumsi
bahan kering (KBK),
pada
tabel 2. Rataan konsumsi bahan kering ransum yag tertinggi diperoleh
pada ransum perlakuan R2 (KBK tanpa fermentasi), disusul dengan R3
(KBK fermentasi) dan konsumsi terendah pada ransum perlakuan
R1(rumput gajah). Masing masing 704,3;685,8 dan 638 g/ ekor/ hari.
Hasil
penelitian terhadap
Konsumsi bahan organik (BO)
pada Tabel
2 memperlihatkan rataan konsumsi bahan organik dari yang tertinggi ke
terendah yaitu R1>R3>R2 dengan nilai masing masing 611,2;
601,8; 564,8 g per ekor per hari. Data tersebut menunjukkan
terjadinya peningkatan konsumsi bahan organik pada ransum yang
mengandung kulit buah kakao yang difermentasi dengan kapang P.
Chrysosporium dibanding tanpa fermentasi walau pun scara satistik
tidak berbeda nyata.
Hasil
penelitian terhadap Pertambahan bobot badan pada tabel 2 menunjukkan
rataan pertambahan bobot badan kambing yang paling tertinggi
diperoleh pada ransum yang menggunakan kulit kakao fermentasi R3,
yang diikuti oleh yang menggunakan kulit kakao tanpa fermentasi R2,
dan yang terahir dalam ransum yang menggunakan rumput gajah R1. Hal
ini disebabkan karena perbedaan protein kasar yang terkandung yang
terlihat pada tabel 1. khasrad (2003) menjelaskan bahwa konsumsi
protein dan energi yang lebih tinnggi akan menghasilkan laju
pertumbuhan yang cepat.dan juga terlihat dari pencapaian bobot badan
tertinggi R3 menujukkan bahwa penggunaan kapang P. Chrysosporium
diduga mampu mengurangi keeratan ikatan dan kandungan lignin bahan
yang dapat meningkatkan kualitas kulit buah kakao, walaupun secara
mutlak terdapat perbedaan nilai pertambahan bobot badan . namun hasil
analisis ragam menunnjukkan bahawa perlakuan tidak nyata (p >
0,05)mempengaruhi bobot badan kambing. Hal in mungkin karena konsumsi
relatif sama pada masing masing perlakuan sehingga pertambahan bobot
badan kambing relatif sama.menurt devendra dan burns (1994) rata rata
pertambahan bobot badan kambing sebesar 54 g/ekor/hari.pada kondisi
optimum pertambahan bobot badan kambing unggul mencapai 84
g/ekor/hari
( akmal dan okrisandi, 2012).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
-
Kesimpulan
Limba
kulit buah kakao memiliki peranan yang cukup penting dan cukup
berpotensi dalam penyediaan bahan pakan untuk ternak, apalagi pada
saat musim kemarau. Karena Kulit buah kakao memiliki kandungan gizi
sebagai berikut : BK 88 %, PK 8 %, Sk 40 %, TDN 50,8 %. Akan tetapi
pemberian kulit buah kakao secara langsung dapat menurunkan berat
badan ternak karena kandungan protein yang rendah dan kadar lignin
dan selolusanya yang tinggi. Oleh karena itu sebelum di berikan ke
ternak sebaiknya di fermentasi dulu untuk menurunkan kadar ligin yang
sulit di cerna oleh hewan dan untuk meningkatkan nilai nutrisi yang
baik bagi ternak dengan batasan kosentrasi dalam penggunaanya karena
mengandung senyawa anti nutrisi theobromin. Oleh karena itu untuk
memanfaatkan limbah kulit buah kakao agar menjadi pakan ternak yang
memiliki kandungan nilai nutrisi yang tinggi perlu melalui proses
fermentasi terlebih dahulu.
-
Saran
Sebaiknya
Pemerintah
lebih memperhatikan ternak kambing karena usaha tersebut bisa
menambah lapangan pekerjaan.
Sebaiknya
dalam ternak
kambing,
penggunaan Zat kimia untuk meningkatkan bobot badan kambing tidak di
terapkan. Karena hormon tersebut dapat meninggalkan residu di dalam
tubuh konsumen yang dapat membahayakan kesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Guntoro,s.2012.Meramu
Pakan Ternak dari limbah perkebunan.Jakarta selatan:PT Agromedia
pustaka.
Anonim,
2012. Standar
Operasional Fermentasi Kakao.
http://prima tani.
litbang.deptan.go.id.
(Diakses pada 11 oktober 2015.)
Hasbawati,
2006. Karakteristik Fisik Biji Buah Kakao Menurut Posisinya
Pada
Pohon. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas
Hasanuddin.
Makassar.
Akmal,y
oksirandi.2012. Pemanfaatan
Kulit Buah Kakao Yang Di Fermentasi Dengan Kapang Phanerochaete
Chrysosporium Sebagai Pengganti Hijauan Dalam Ransum Ternak
Kambing.Agrinak.2(1):6-10.
Wahyuni,
Nurul Miwing. 2008. Proses
Pengolahan Biji Kakao(Theobroma cacao
L.).Universitas
Brawijaya. Malang.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar