LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
“PENANGANAN
DAN PEMATAHAN MASA DORMANSI”
OLEH :
TRI NOVELA
15251421016
DOSEN PEMBIMBING :
Ir.
Hj. NELSON ELITA, MP

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN
NEGERI PAYAKUMBUH
TANJUNG PATI
2016
Kata Pengantar
Puji
syukur saya sampaikan kepada Allah SWT atas berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan beriringkan salam penulis
samapikan kepada ruh junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mengubah
kehidupan dari alam jahiliyah ke alam yang berilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Allah SWT. Yang telah memberi penulis kesehatan dan
kesempatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya .
2.
Ibu Ir. Hj.Nelson Elita, MP yang telah
memberi masukan dan dorongan dalam pembuatan laporan ini.
3.
Orang tua penulis, yang telah memberi motivasi,
semangat dalam penulisan makalah ini.
4.
Selanjutnya kepada semua pihak yang telah ikut
berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.
Makalah
ini mungkin belum seperti yang diharapkan.
Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar
makalah ini bisa sempurna.
Tanjung pati, Januari 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benih adalah bagian dari tanaman yang
digunakan untuk memperbanyak atau mengkembangbiakkan tanaman itu sendiri. Benih yang baik dapat diperoleh dari
biji yang baik, biji merupakan hasil dari penyerbukan suatu tanaman berupa mahluk
hidup yang melakukan pernapasan (respirasi) dan mengeluarkan energi berupa panas.
Energi yang
terbentuk selama pernapasan
digunakan untuk perombakan
dan penguraian zat-zat kimia dalam biji. Di dalam biji terkandung
zat kimia seperti karbohidrat (amilosa dan amilopektis) yang merupakan bagian
terbesar dari biji, namun lain halnya pada jeruk (Ricinus comunis) yang
tidak mengandung
karbohidrat tetapi
hanya lemak.
Dengan menggunakan
energi dan air zat kimia
yang kompleks
dalam biji diubah menjadi zat kimia yang sederhana dan mudah larut dalam air, zat ini dibawa ke bagian titik tumbuh
biji (embrio).
Sampai saat ini meskipun benih merupakan salah
satu faktor yang dapat memaksimumkan hasil produksi, masalah benih di Indonesia
masih belum mendapat perhatian yang cukup memadai dari kalangan ilmuan bidang
pertanian sehingga seringkali tanaman tidak mencapai hasil yang maksimum. Saat
ini benih hanya dianggap sebagai salah satu sarana produksi dalam budidaya
tanaman padahal petani sangat membutuhkan benih yang bermutu dan hal ini bisa
dijadikan peluang usaha bagi ilmuan yang memfokuskan diri di bidang perbenihan
karena saat ini petani tidak hanya membutuhkan biji yang sekadar dapat hidup
atau tumbuh, tetapi sebagai tanaman embrional mini yang dapat dipertanggung
jawabkan mutu fisik dan fisiologisnya untuk tumbuh dan berkembang secara
maksimum.
Dormansi adalah keadaan benih yang tidak aktif
dimana daya tumbuh benih tidak ada dan benih tidak mampu berkecambah meskipun
keadaan lingkungan bijinya baik. Keadaan tidak aktif ini dapat disebabkan oleh
pengaruh dalam (primer) dan pengaruh luar (sekunder).
Dormansi primer disebabkan oleh faktor-faktor
dari dalam benih itu sendiri sehingga benih tidak mampu berkecambah walaupun
dalam keadaan lingkungan yang sesuai. Hal ini bisa disebabkan oleh embrio yang
rudimenter, embrio yang dorman, kulit biji keras, kulit benih yang kedap air
dan udara maupun adanya zat penghambat perkecambahan.
Dormansi sekunder yang disebabkan pengaruh luar
dan mekanisme benih itu sendiri. Benih yang dalam keadaan normal mampu
berkecambah bila mengalami suatu keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan
selama beberapa waktu akan kehilangan daya kecambah. Benih dikatakan dormansi
apabila benih itu sebenarnya hidup (viable) tetapi tidak
berkecambah walaupun keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi
perkecambahan dan periode dormansi ini dapat berlangsung semusim atau
tahunan tergantung pada tipe dormansinya.
Penanganan
yang bisa dilakukan ketika biji berada dalam masa dormansi dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti :
1. Perlakuan
mekanis
2. Perlakuan
kimia
3. Perlakuan
perendaman dengan air
4. Perlakuan
pemberian temperatur tertentu (12–30 0C)
5. Perlakuan dengan
cahaya.
Umumnya
kita sering menggunakan perlakuan dengan cahaya yaitu mencapai kelembaban yang sesuai untuk biji itu sendiri dengan
cara mengeringkannya di dalam ruangan kamar, cahaya rumah, dan penjemuran di bawah sinar matahari pada jam
08.00-11.00 WIB kecuali saat siang hari sebab penguapan yang terlalu besar pada biji
dapat mempengaruhi kualitas dari biji tersebut. Pengaruh cahaya berkaitan dengan pengaruh
temperatur pada benih dan zat pengatur tumbuh yang menyebabkan atau memecahkan
dormansi benih.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan praktikum adalah :
1.
Mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang benih
2.
Mengetahui
benih yang mengalami masa dormansi
3.
Dapat melakukan penanganan dan pematahan benih yang mengalami masa dormansi
4.
Melindungi biji dari serangan hama dan penyakit
5.
Melakukan pengamatan terhadap biji yang akan dijadikan
sebagai benih
6.
Mendapatkan biji yang bermutu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Dormansi
Dormansi didefinisikan sebagai keadaan biji yang tidak
berkecambah atau dengan kata lain tunas yang yang tidak dapat tumbuh
(terhambatnya pertumbuhan) selama periode tertentu yang disebabkan oleh
faktor-faktor intern dalam biji atau tunas tersebut. Suatu biji dikatakan
dorman apabila biji tersebut tidak dapat berkecambah, setelah periode tertentu,
meski faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan tersedia (Zuliasdin, 2011).
2.2 Benih Dormansi
Pada
melakukan dormansi kali ini, yang di ambil adalah benih mangga, melinjo,kelapaa
sawit, jeruk dan bawang merah. Untuk pemilihan bibit nya biasanya di pilih buah
yang sudah matang dan siap untuk di jadikan sebagai bibit benih
selanjutnya.sebelum dilakukan nya pematah dormansi, biasanya kulit nya ataupun
danging dari buah tersebut di pisahkan dari biji tersebut dan di jemur beberapa
hari sampai biji tersebut kering.
2.3
Tipe-tipe Dormansi
2.3.1 Dormansi Fisik
Pada
tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan
adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis
terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk
dormansi fisik adalah:
a.
Impermeabilitas Kulit Biji Terhadap Air
Benih-benih
yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada
famili Leguminoceae, Malvaceae, Solanaceae, disini pengambilan air terhalang
kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade
yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin.
b.
Resistensi Mekanis Kulit Biji Terhadap Pertumbuhan
Embrio
Pada
tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji
yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini
dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera
c.
Adanya Zat Penghambat
Penghambat
perkecambahan terdapat dibeberapa tempat dalam buah atau biji. Zat penghambat
yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih
tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat.
2.3.2
Dormasi Fisiologis (Embrio)
Pada
tipe dormasi ini penyebabnya ada dalam benih yang dibedakan atas :
A.
Morfologi
Penyebabnya
adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih
demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan).
Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai
beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih dengan embrio yang belum sempurna
dijumpai contohnya pada Aracaceae (palm). Pada benih-benih dengan tipe dormansi
ini karena embrionya belum sempurna, sehingga perkecambahannya perlu ditunda,
untuk itu benih-benih ini sebaiknya ditempatkan pada kondisi temperatur dan
kelembaban tertentu agar viabilitasnya
tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna.
B.
Fisiologis (Ketidakmasakan Embrio)
Benih-benih dengan tipe dormansi secara
fisiologis belum masak, artinya belum mampu membentuk zat yang diperlukan untuk
perkecambahan. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur/kembaban
tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan
dapat berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari
sampai dengan beberapa tahun tergantung jenis benih.
Benih yang mengalami dormansi
ditandai oleh:
·
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air
·
Proses respirasi tertekan / terhambat
·
Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan
·
Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi
dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada
pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman
induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit
biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua
keadaan tersebut.
2.4 Cara-Cara Untuk Memecahkan Dormansi
2.4.1
Perlakuan Mekanis
·
Skirifikasi: mencakup cara-cara seperti mengikir
atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kulit biji dengan
pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat
gabus. Hal tersebut bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga
lebih permeabel terhadap air dan gas.
·
Tekanan: benih-benih dari jenis tanaman tertentu
(swee clover dan alfalfa) diberi perlakuan tekanan.
2.4.2 Perlakuan Kimia
Perlakuan dengan menggunakan bahan
kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Seperti
contoh: asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji
menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
2.4.3 Perlakuan Perendaman Dengan
Air
Beberapa jenis benih terkadang
diberi perlakuan perendaman di dalam air panas atau di air dingin dengan tujuan
memudahkan penyerapan air oleh benih.
2.4.3.4 Perlakuan Dengan Cahaya
Cahaya tidak hanya mempengaruhi
persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju perkecambahan. Pengaruh cahaya
pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas
cahaya dan panjang hari.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan
Kegiatan
Tanaman yang akan dilakukan perbanyakan secara
generatif dengan menggunakan biji adalah mangga, jeruk,
bawang merah, melinjo dan kelapa sawit dengan alat dan bahan yang digunakan antara lain :
A. Praktikum Pertama (Penanganan benih yang mengalami masa dormansi)
Alat :
- Seed bed
- Kantong plastik
- Kertas HVS
- Pisau besar dan kecil
Bahan :
- Mangga
- Jeruk
- Bawang merah
- Kelapa sawit
- Melinjo
Cara kerja :
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan
alat dan bahan yang akan dijadikan bahan praktek. Untuk seleksi biji kecuali kelapa sawit dilakukan di laboratorium Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh seperti berikut :
1. Mangga
- Lakukan seleksi buah mangga yang tidak terserang hama dan penyakit
- Kupas kulit dan daging buah mangga dengan hati-hati
- Buah mangga yang sudah terkupas dan hanya tinggal biji dicuci dengan air hingga bersih dan kelihatan putih
- Keringkan biji dengan meletakan biji diatas kertas HVS agar kadar air biji mencapai 12%, pengeringan dilakukan pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00-11.00 WIB agar tidak merusak biji dan sebaiknya lakukan penjemuran tidak lebih dari 2 jam atau bisa juga dengan menggunakan cara lain yaitu angin-anginkan pada suhu kamar
- Setelah benih benar-benar kering atau telah sesuai dengan waktu dormansi biji yang telah ditetapkan yaitu 2 minggu (melakukan pengeringan) lakukan pengemasan benih dalam kantong plastik.
2. Jeruk
a. Lakukan seleksi buah jeruk yang tidak terserang
hama dan penyakit
b. Kupas buah jeruk ambil bijinya
c. Keringkan biji dengan meletakan biji di atas kertas
HVS agar kadar air biji mencapai 12
%, pengeringan dilakukan pada pagi hari
yaitu sekitar pukul 08.00-11.00 WIB, agar biji tidak rusak
oleh panas matahari yang berlebihan dan usahakan menjemurnya kurang dari 2 jam
d. Setelah
biji benar-benar kering lakukan
pengemasan dengan menggunakan kantong plastik
3. Bawang Merah
a.
Lakukan seleksi bawang merah yang tidak terserang hama dan penyakit
b.
Bersihkan
kulit luar bawang merah agar mempermudah proses pengeringan
c.
Keringkan bawang merah dengan meletakan bawang
merah di atas kertas HVS agar kadar air bawang merah mencapai 12 %,
yaitu dengan mengantungkan bawang
merah atau mengangin-anginkan bawang merah pada suhu kamar dan tidak
terkontaminasi langsung dengan matahari karena akan mempengaruhi mutu dari biji
bawang merah.
d.
Setelah biji mencapai hal yang diinginkan kemas biji dalam
kantong plastik.
4. Sawit
a.
Ambil biji
dalam dengan cara mengupas daging luar
b.
Cuci
bersih.
c.
Setelah biji mencapai hal yang diinginkan kemas biji dalam
kantong plastik
5.Melinjo
a. Kupas daging luar melinjo
b. Ambil bijinya
c. Dan kemudian di cuci bersih
d.
Setelah biji mencapai hal yang diinginkan kemas biji dalam
kantong plastik.
B.
Praktikum Kedua (Pematahan Masa Dormansi)
Alat :
a.
Seed bed
b.
Pisau
c.
Ember Kecil
Bahan :
a.
Mangga
b.
Jeruk
c.
Bawang merah
d.
Kelapa sawit
e.
Melinjo
f.
H2SO4
g.
ZPT IAA
h.
Tanah dan pupuk kandang.
Cara kerja :
1.
Pelaksanaan minggu I
a.
Seleksi biji dan kupas kulit biji serta bersihkan umbi
bawang merah
b.
Simpan biji yang telah diseleksi selama 1 minggu
c.
Amati selama penyimpanan biji dan umbi tersebut
2.
Pelaksanaan minggu II
a.
Persiapan alat dan bahan yang digunakan
b.
Latihan pematahan masa dormansi dengan memberikan
perlakuan sbb:
·
Merendam biji dengan menggunakan IAA selama 15
menit untuk biji mangga, jeruk, dan melinjo
·
Untuk kelapa sawit pematahan masa dormansi
dilakukan dengan merendam biji kelapa sawit dengan larutan H2SO4
selama 30 menit.
·
Untuk bawang merah, biji tidak kita rendam
secara keseluruhan, akan tetapi dengan memotong 1/3 bagian pada bagian atas
kemudian dicelupkan pada cairan IAA.
·
Setelah dilakukan pematahan masa dormansi, biji
dikecambahkan pada seedbad yang telah berisi media tanah dan pupuk kandang
serta lakukan penyiraman yang bertujuan untuk menjaga kelembaban biji, selama
biji dikecambahkan jangan sampai tergenang, karena akan membuat biji menjadi
busuk.
·
Lakukan pengamatan pada biji yang dikecambahkan
tersebut.
3.2 Hasil
Tabel 1. Daya
kecambah
|
No
|
Komoditi
|
|
∑ Tumbuh
|
Daya Kecambah
|
|
1
|
Sawit
|
10
|
0
|
|
|
2
|
Melinjo
|
15
|
0
|
|
|
3
|
Bawang Merah
|
10
|
10
|
|
|
4
|
Jeruk
|
20
|
0
|
|
|
5
|
Mangga
|
2
|
2
|
|
1.
Sawit
2.
Melinjo
3.
Bawang Merah
4.
Jeruk
5.
Mangga
Tabel 2. Tinggi tanaman
|
No
|
Nama Komoditi
|
Tinggi Tanaman ( cm )
|
|||
|
Sampel I
|
Sampel II
|
Sampel III
|
Rata-rata
|
||
|
1
|
Sawit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
Melinjo
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
Bawang Merah
|
31 cm
|
13 cm
|
15 cm
|
19,6 cm
|
|
4
|
Jeruk
|
|
|
|
|
|
5
|
Mangga
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 3. Jumlah Daun
|
No
|
Nama Komoditi
|
Jumlah Daun ( helai )
|
|||
|
Sampel I
|
Sampel II
|
Sampel III
|
Rata-rata
|
||
|
1
|
Sawit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
Melinjo
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
Bawang Merah
|
12 helai
|
7 helai
|
9 helai
|
9,33 helai
|
|
4
|
Jeruk
|
|
|
|
|
|
5
|
Mangga
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.3 Pembahasan
Berdasarkan
praktek yang telah dilaksanakan di laboratorium Politeknik Pertanian Pertanian
Negeri Payakumbuh, kami melakukan kegiatan praktek tersebut sesuai dengan
prosedur kerja dan pengarahan dari dosen pembimbing namun karena keterbatasan
yang kami miliki kami hanya menghasilkan biji sebagai berikut :
1.
Sawit
Dari
10 buah biji sawit yang
disemai dan telah diperlakukan dengan baik
sesuai dengan prosedur kerja yang telah
diajarkan oleh dosen pembimbing dan dengan penyiraman yang teratur biji-biji
ini tidak ada satupun yang berkecambah sehingga daya kecambahnya adalah 0 %.
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) ketika
baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami
sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun. Dormansi adalah suatu
kondisi dimana benih tidak berkecambah meskipun kondisi lingkungan mendukung
untuk terjadinya perkecambahan. Oleh karena itu diperlukan teknik khusus untuk
mematahkan dormansi tersebut.
Mangoensoekarjo dan Semangun (2005)
menyatakan pemecahan dormansi benih kelapa sawit dapat dilakukan pada suhu 40
ºC selama 80 hari. Pemberian oksigen berkonsentrasi tinggi dapat membantu
perkecambahan jika diberikan selama atau setelah proses pemanasan.
Menurut Haryani (2005) dormansi
benih kelapa sawit disebabkan adanya penghalang berupa struktur penutup di
germpore yaitu operculum
Pemecahan dormansi yang digunakan Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) yaitu pemanasan benih pada suhu 40 °C selama 60 hari.
Ruangan pemanas dilengkapi dengan kipas angin, thermograph, sinko, dan heater.
Fungsi heater adalah untuk menyemburkan panas secara otomatis sedangkan
thermograph berfungsi sebagai alat perekam suhu ruangan yang bekerja secara
berkesinambungan pada proses pemecahan dormansi. Sinko berfungsi sebagai alat
kontrol, apabila suhu lebih dari 40 °C maka alat ini akan bekerja mematikan
heater dan menghidupkan kipas angin.
Hasil penelitian PPKS menunjukkan
dormansi benih kelapa sawit sudah dapat dipatahkan dengan pemanasan selama 60
hari, dikombinasikan dengan perendaman dan pengeringan sebelum dan setelah
perlakuan pemanasan. Hal ini dibuktikan bahwa dengan perlakuan tersebut
persentase daya berkecambah benih kelapa sawit PPKS tahun 2007 adalah 83.4 %
(Arif, 2008).
Kegiatan pematahan dormansi di PPKS
adalah perendaman I selama 7 hari, pengeringan selama 24 jam, dilanjutkan
dengan pemanasan selama 60 hari. Setelah dipanaskan selama 60 hari dilakukan
perendaman kedua selama 3 hari dan pengeringan selama 5 jam. Perendaman berfungsi
untuk mencuci zat-zat yang menghambat dan melunakkan buah atau kulit benih dan
pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih aman
untuk diproses lebih lanjut serta terhindar dari serangan hama dan penyakit
(Haryani, 2003; Sukarman dan Hasanah, 2003).
Perlakuan pemanasan bertujuan untuk
mematahkan dormansi benih kelapa sawit. Dengan pemanasan diharapkan operculum
menjadi retak sehingga benih dapat berkecambah. Setelah proses pemanasan
selesai benih siap dikirim ke ruang pengecambahan.
2.
Melinjo
Dari
15 buah biji melinjo yang disemai dan telah diperlakukan dengan baik
sesuaidengan prosedur kerja yang telah diajarkan oleh dosen pembimbing dan
dengan penyiraman yang teratur biji-biji ini tidak ada satupun yang berkecambah
sehingga daya kecambahnya adalah 0 %.
Permasalahannya
adalah biji melinjo membutuhkan waktu yang lama untuk bisa berkecambah sedang
waktu pengamatan yang kami lakukan hanya 3 minggu.
Biji
melinjo pada umumnya mulai berkecambah 6 bulan setelah ditanam (disemai), dan
persentasenya sangat rendah yakni 1% -2%. Makin lama, persentase yang
berkecambah makin naik, biasanya setelah 12 bulan hampir semua biji
berkecambah, hanya beberapa saja yang baru bekecambah setelah 14 bulan. Bila
ada biji yang tidak mau berkecambah setelah
sekian lama berada di persemaian, kemungkinan biji itu tidak memiliki embrio
dan hanya memiliki endisperm.
Karena lama di persemaian, biji dapat terserang
mikroorganisme sehingga bibit yang diperoleh tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
Bahwa
perkecambahan biji dimuli 6 bulan setelah disemai, itu tidaklah mutlak karena
perkembangan embrio dari biji yang telah masak ternyata bervariasi sewaktu
lepas dari pohonnya. Dapat terjadi biji berkecambah selama 3-4 bulan di
persemaian, tetapi hal ini jarang sekali terjadi dan persentasenya sangat
rendah yakni kurang dari 1 %.
3.
Bawang Merah
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, bawang
merah memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan yang
lain karena bawang merah memiliki air dan lapisan kulitnya sangat tipis, bawang
merah juga bisa tumbuh dimana saja baik pada seedbed maupun polibag. Bibit merupakan modal dasar yang paling
penting dalam bercocok tanam bawang merah. Bibit yang jelek akan menghasilkan
tanaman yang lemah dan hasilnya rendah. Bawang merah bisa tumbuh dengan mudah
dengan catatan kelembaban tanahnya tidak terlalu tinggi dan jangan sampai pada
air tergenang karena bawang merah mudah busuk. Pada percobaan kali ini kami
melakukan pematahan masa dormansi pada bawang merah, dan dari 20 bibit bawang
merah yang kami tanam semuanya tumbuh, walaupun dengan pertumbuhan yang
berbeda.
4.
Jeruk
Dari 20 bibit jeruk yang kami tanam,
tidak ada satupun yang tumbuh. Biji
yang tidak tumbuh menurut pengamatan kami dikarenakan pematangan buah yang
belum sempurna sehingga bibit yang dihasilkan tidak sempurna dan sulit untuk
berkecambah. Bibit yang dihasilkan ada yang masih muda dan kisut. Ada juga yang
terluka saat mengeluarkannya dari daging buah. Faktor lain yang mungkin
menyebabkan biji ini tidak tumbuh adalah kesalahan dalam memasukkannya kedalam
lubang persemaian. Sehingga tunas yang tumbuh mengarah kebawah dan sulit untuk
muncul kepermukaan tanah dan akhirnya membusuk. Sedangkan dalam pemeliharaannya
udah kami lakukan dengan baik.
5.
Mangga
Dalam Praktikum kali ini, kami
mendapatkan 3 biji mangga, tapi yang kami lakukan dalam praktek hanya
menggunakan 2 biji mangga disebabkan biji mangga yang satunya lagi masih
terlalu muda dan tidak mungkin untuk ditanam, dan kemungkinan untuk tumbuhnya
sangatlah kecil.
III.
KESIMPULAN
Dorman
artinya tidur atau beristirahat. Para ahli biologi menggunakan istilah
itu untuk tahapan siklus hidup, seperti biji dorman, yang memiliki laju
metabolisme yang sangat lambat dan sedang tidak tumbuh dan berkembang.
Dormansi adalah masa istirahat biji
sebelum berkecambah.
Cara-cara
yang dapat dilakukan untuk pematahan masa dormansi :
à Perlakuan secara mekanis
: dengan cara mengupasnya, membuang
daging buah dan mencucinya setelah itu dijemur.
àSecara Kimia
: dengan cara merendamnya dalam larutan H2SO4
atau IAA.
Pada praktikum kali ini, kesimpulan yang dapat
diperoleh dari hasil pembahasan diatas adalah bawang merah sangat mudah
berkecambah dibandingkan dengan yang lain, hal tersebut dikarenakan bawang
merah memiliki kulit yang sangat tipis. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa
pematahan tidak mudah, karena butuh ketelitian dan kehati-hatian untuk
mendapatkan hasil yang maksimum.
Untuk kelapa sawit dan
melinjo pada percobaan menggunakan sistem dormasi ini tidak membuahkan hasil
yang maksimal karena tidak dapat tumbuh,sementara kami sudah mencoba sesuai
dengan perintah dan instruksi dosen pembimbing. Mungkin pada kelapa sawit dan melinjo ini, membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah, berbeda dengan bawang merah yang cepat
berkecambah.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Elita, N,. dkk. 2008. Buku kerja praktek mahasiswa. Dasar-Dasar Agronomi. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Kuswanto, H,. 1996. Dasar-dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih. Andi.
Yogyakarta
Kuswanto,
H,. Teknologi
Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Kanisius.
Yogyakarta
Kamil, J. 1992. Teknologi Benih. Penebar Swadaya,
Jakarta. 58 hal
Rukmana,
Ir. Rahmat. 1994. Hormon Tumbuh.
Kanisius, Yogyakarta.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar