LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI “PENANGANAN DAN PEMATAHAN MASA DORMANSI”




LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
PENANGANAN DAN PEMATAHAN MASA DORMANSI


OLEH :
TRI NOVELA
15251421016




DOSEN PEMBIMBING :
Ir. Hj. NELSON ELITA, MP



 




PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN  NEGERI PAYAKUMBUH
TANJUNG PATI
2016

Kata Pengantar

Puji syukur saya sampaikan kepada Allah SWT atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini.  Shalawat dan beriringkan salam penulis samapikan kepada ruh junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mengubah kehidupan dari alam jahiliyah ke alam yang berilmu pengetahuan.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Allah SWT. Yang telah memberi penulis kesehatan dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya .
2.       Ibu Ir. Hj.Nelson Elita, MP yang telah memberi masukan dan dorongan dalam pembuatan laporan ini.
3.      Orang tua penulis, yang telah memberi motivasi, semangat dalam penulisan makalah ini.
4.      Selanjutnya kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini mungkin belum seperti yang diharapkan.  Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar makalah ini bisa sempurna.

Tanjung pati, Januari 2012
                                                     

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benih adalah bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak atau mengkembangbiakkan tanaman itu sendiri. Benih yang baik dapat diperoleh dari biji yang baik, biji merupakan hasil dari penyerbukan suatu tanaman berupa mahluk hidup yang melakukan pernapasan (respirasi) dan mengeluarkan energi berupa panas.
Energi yang terbentuk selama pernapasan digunakan untuk perombakan dan penguraian zat-zat kimia dalam biji. Di dalam biji terkandung zat kimia seperti karbohidrat (amilosa dan amilopektis) yang merupakan bagian terbesar dari biji, namun lain halnya pada jeruk (Ricinus comunis) yang tidak mengandung karbohidrat tetapi hanya lemak.
Dengan menggunakan energi dan air zat kimia yang kompleks dalam biji diubah menjadi zat kimia yang sederhana dan mudah larut dalam air, zat ini dibawa ke bagian titik tumbuh biji (embrio).
Sampai saat ini meskipun benih merupakan salah satu faktor yang dapat memaksimumkan hasil produksi, masalah benih di Indonesia masih belum mendapat perhatian yang cukup memadai dari kalangan ilmuan bidang pertanian sehingga seringkali tanaman tidak mencapai hasil yang maksimum. Saat ini benih hanya dianggap sebagai salah satu sarana produksi dalam budidaya tanaman padahal petani sangat membutuhkan benih yang bermutu dan hal ini bisa dijadikan peluang usaha bagi ilmuan yang memfokuskan diri di bidang perbenihan karena saat ini petani tidak hanya membutuhkan biji yang sekadar dapat hidup atau tumbuh, tetapi sebagai tanaman embrional mini yang dapat dipertanggung jawabkan mutu fisik dan fisiologisnya untuk tumbuh dan berkembang secara maksimum.
Dormansi adalah keadaan benih yang tidak aktif dimana daya tumbuh benih tidak ada dan benih tidak mampu berkecambah meskipun keadaan lingkungan bijinya baik. Keadaan tidak aktif ini dapat disebabkan oleh pengaruh dalam (primer) dan pengaruh luar (sekunder).
Dormansi primer disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam benih itu sendiri sehingga benih tidak mampu berkecambah walaupun dalam keadaan lingkungan yang sesuai. Hal ini bisa disebabkan oleh embrio yang rudimenter, embrio yang dorman, kulit biji keras, kulit benih yang kedap air dan udara maupun adanya zat penghambat perkecambahan.
Dormansi sekunder yang disebabkan pengaruh luar dan mekanisme benih itu sendiri. Benih yang dalam keadaan normal mampu berkecambah bila mengalami suatu keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan selama beberapa waktu akan kehilangan daya kecambah. Benih dikatakan dormansi apabila  benih itu sebenarnya  hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan  dan periode dormansi ini dapat berlangsung semusim atau tahunan  tergantung  pada tipe dormansinya.
            Penanganan yang bisa dilakukan ketika biji berada dalam masa dormansi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :
1. Perlakuan mekanis
2. Perlakuan kimia
3. Perlakuan perendaman dengan air
4. Perlakuan pemberian temperatur tertentu (12–30 0C)
5. Perlakuan dengan cahaya.
         Umumnya kita sering menggunakan perlakuan dengan cahaya yaitu mencapai kelembaban yang sesuai untuk biji itu sendiri dengan cara mengeringkannya di dalam ruangan kamar, cahaya rumah, dan penjemuran di bawah sinar matahari pada jam 08.00-11.00 WIB kecuali saat siang hari sebab penguapan yang terlalu besar pada biji dapat mempengaruhi kualitas dari biji tersebut. Pengaruh cahaya berkaitan dengan pengaruh temperatur pada benih dan zat pengatur tumbuh yang menyebabkan atau memecahkan dormansi benih.

1.2. Tujuan
            Adapun tujuan pelaksanaan praktikum adalah :
1.            Mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang benih
2.            Mengetahui benih yang mengalami masa dormansi
3.            Dapat melakukan penanganan dan pematahan benih yang mengalami masa dormansi
4.            Melindungi biji dari serangan hama dan penyakit
5.            Melakukan pengamatan terhadap biji yang akan dijadikan sebagai benih
6.            Mendapatkan biji yang bermutu












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Dormansi
Dormansi didefinisikan sebagai keadaan biji yang tidak berkecambah atau dengan kata lain tunas yang yang tidak dapat tumbuh (terhambatnya pertumbuhan) selama periode tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor intern dalam biji atau tunas tersebut. Suatu biji dikatakan dorman apabila biji tersebut tidak dapat berkecambah, setelah periode tertentu, meski faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan tersedia (Zuliasdin, 2011).
2.2 Benih Dormansi
Pada melakukan dormansi kali ini, yang di ambil adalah benih mangga, melinjo,kelapaa sawit, jeruk dan bawang merah. Untuk pemilihan bibit nya biasanya di pilih buah yang sudah matang dan siap untuk di jadikan sebagai bibit benih selanjutnya.sebelum dilakukan nya pematah dormansi, biasanya kulit nya ataupun danging dari buah tersebut di pisahkan dari biji tersebut dan di jemur beberapa hari sampai biji tersebut kering.
2.3 Tipe-tipe Dormansi
2.3.1 Dormansi Fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah:
a.       Impermeabilitas Kulit Biji Terhadap Air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, Malvaceae, Solanaceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin.
b.      Resistensi Mekanis Kulit Biji Terhadap Pertumbuhan Embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada  dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera
c.       Adanya Zat Penghambat
Penghambat perkecambahan terdapat dibeberapa tempat dalam buah atau biji. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat.
2.3.2 Dormasi Fisiologis (Embrio)
Pada tipe dormasi ini penyebabnya ada dalam benih yang dibedakan atas :
A.    Morfologi
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih dengan embrio yang belum sempurna dijumpai contohnya pada Aracaceae (palm). Pada benih-benih dengan tipe dormansi ini karena embrionya belum sempurna, sehingga perkecambahannya perlu ditunda, untuk itu benih-benih ini sebaiknya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya  tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna.
B.     Fisiologis (Ketidakmasakan Embrio)
        Benih-benih dengan tipe dormansi secara fisiologis belum masak, artinya belum mampu membentuk zat yang diperlukan untuk perkecambahan. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur/kembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun tergantung jenis benih.
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh:
·         Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air
·         Proses respirasi tertekan / terhambat
·         Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan
·         Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
2.4 Cara-Cara Untuk Memecahkan Dormansi
2.4.1 Perlakuan Mekanis
·         Skirifikasi: mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Hal tersebut bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas.
·         Tekanan: benih-benih dari jenis tanaman tertentu (swee clover dan alfalfa) diberi perlakuan tekanan.

2.4.2 Perlakuan Kimia
Perlakuan dengan menggunakan bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Seperti contoh: asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
2.4.3 Perlakuan Perendaman Dengan Air
Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas atau di air dingin dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.
2.4.3.4 Perlakuan Dengan Cahaya
Cahaya tidak hanya mempengaruhi persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
















III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Tanaman yang akan dilakukan perbanyakan secara generatif dengan menggunakan biji adalah  mangga,  jeruk, bawang merah, melinjo dan  kelapa sawit dengan alat dan bahan yang digunakan antara lain :
A. Praktikum Pertama (Penanganan benih yang mengalami masa dormansi)
     Alat :
  1. Seed bed
  2. Kantong plastik
  3. Kertas HVS
  4. Pisau besar dan kecil

    Bahan  :
  1. Mangga
  2. Jeruk
  3. Bawang merah
  4. Kelapa sawit
  5. Melinjo

Cara kerja :
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan dijadikan bahan praktek. Untuk seleksi biji kecuali kelapa sawit dilakukan di laboratorium Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh seperti berikut :
1. Mangga
  1. Lakukan seleksi buah mangga yang tidak terserang hama dan penyakit
  2. Kupas kulit dan daging buah mangga dengan hati-hati
  3. Buah mangga yang sudah terkupas dan hanya tinggal biji dicuci dengan air hingga bersih dan kelihatan putih
  4. Keringkan biji dengan meletakan biji diatas kertas HVS agar kadar air biji mencapai  12%,  pengeringan dilakukan pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00-11.00 WIB agar tidak merusak biji dan sebaiknya lakukan penjemuran tidak lebih dari 2 jam atau bisa juga dengan menggunakan cara lain yaitu angin-anginkan pada suhu kamar
  5. Setelah benih benar-benar kering atau telah sesuai dengan waktu dormansi biji yang telah ditetapkan yaitu 2 minggu (melakukan pengeringan) lakukan pengemasan benih dalam kantong plastik.

 2. Jeruk

a.       Lakukan seleksi buah jeruk yang tidak terserang hama dan penyakit
b.      Kupas buah jeruk ambil bijinya
c.       Keringkan biji dengan meletakan biji di atas kertas HVS agar kadar air biji mencapai  12 %,  pengeringan dilakukan pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00-11.00 WIB, agar biji tidak rusak oleh panas matahari yang berlebihan dan usahakan menjemurnya kurang dari 2 jam
d.      Setelah biji benar-benar kering lakukan pengemasan dengan menggunakan kantong plastik

3. Bawang Merah
a.   Lakukan  seleksi bawang merah yang tidak terserang hama dan penyakit
b.  Bersihkan kulit luar bawang merah agar mempermudah proses pengeringan
c.    Keringkan bawang merah dengan meletakan bawang merah di atas kertas HVS agar kadar air bawang merah mencapai  12 %,  yaitu dengan mengantungkan bawang merah atau mengangin-anginkan bawang merah pada suhu kamar dan tidak terkontaminasi langsung dengan matahari karena akan mempengaruhi mutu dari biji bawang merah.
d.  Setelah biji mencapai hal yang diinginkan kemas biji dalam kantong plastik.

4. Sawit
a.    Ambil biji dalam dengan cara mengupas daging luar
b.   Cuci bersih.
c.    Setelah biji mencapai hal yang diinginkan kemas biji dalam kantong plastik

5.Melinjo
a.  Kupas daging luar melinjo
b. Ambil bijinya
c.  Dan kemudian di cuci bersih
d.   Setelah biji mencapai hal yang diinginkan kemas biji dalam kantong plastik.

B.  Praktikum  Kedua (Pematahan Masa Dormansi)
Alat  :
a.       Seed bed
b.      Pisau
c.       Ember Kecil
Bahan  :
a.       Mangga
b.      Jeruk
c.       Bawang merah
d.      Kelapa sawit
e.       Melinjo
f.       H2SO4
g.      ZPT IAA
h.      Tanah dan pupuk kandang.
Cara kerja :
1.      Pelaksanaan minggu I
a.    Seleksi biji dan kupas kulit biji serta bersihkan umbi bawang merah
b.    Simpan biji yang telah diseleksi selama 1 minggu
c.    Amati selama penyimpanan biji dan umbi tersebut
2.      Pelaksanaan minggu II
a.    Persiapan alat dan bahan yang digunakan
b.    Latihan pematahan masa dormansi dengan memberikan perlakuan sbb:
·      Merendam biji dengan menggunakan IAA selama 15 menit untuk biji mangga, jeruk, dan melinjo
·      Untuk kelapa sawit pematahan masa dormansi dilakukan dengan merendam biji kelapa sawit dengan larutan H2SO4 selama 30 menit.
·      Untuk bawang merah, biji tidak kita rendam secara keseluruhan, akan tetapi dengan memotong 1/3 bagian pada bagian atas kemudian dicelupkan pada cairan IAA.
·      Setelah dilakukan pematahan masa dormansi, biji dikecambahkan pada seedbad yang telah berisi media tanah dan pupuk kandang serta lakukan penyiraman yang bertujuan untuk menjaga kelembaban biji, selama biji dikecambahkan jangan sampai tergenang, karena akan membuat biji menjadi busuk.
·      Lakukan pengamatan pada biji yang dikecambahkan tersebut.



3.2  Hasil
Tabel 1. Daya kecambah
No
Komoditi
∑ Tumbuh
Daya Kecambah
1
Sawit
10
0
2
Melinjo
15
0
3
Bawang Merah
10
10
4
Jeruk
20
0
5
Mangga
2
2

1.      Sawit
 =  0 %

2.      Melinjo

3.      Bawang Merah

4.      Jeruk


5.      Mangga

Tabel 2. Tinggi tanaman

No
Nama Komoditi
Tinggi Tanaman ( cm )
Sampel I
Sampel II
Sampel III
Rata-rata
1
Sawit
-
-
-
-
2
Melinjo
-
-
-
-
3
Bawang Merah
31 cm
13 cm
15 cm
19,6 cm
4
Jeruk




5
Mangga
-
-
-
-

Tabel 3. Jumlah Daun
No
Nama Komoditi
Jumlah Daun ( helai )
Sampel I
Sampel II
Sampel III
Rata-rata
1
Sawit
-
-
-
-
2
Melinjo
-
-
-
-
3
Bawang Merah
12 helai
7 helai
9 helai
9,33 helai
4
Jeruk




5
Mangga
-
-
-
-

3.3 Pembahasan       
            Berdasarkan praktek yang telah dilaksanakan di laboratorium Politeknik Pertanian Pertanian Negeri Payakumbuh, kami melakukan kegiatan praktek tersebut sesuai dengan prosedur kerja dan pengarahan dari dosen pembimbing namun karena keterbatasan yang kami miliki kami hanya menghasilkan biji sebagai berikut :

1.      Sawit
Dari 10 buah biji sawit yang disemai dan telah diperlakukan dengan baik
sesuai dengan prosedur kerja yang telah diajarkan oleh dosen pembimbing dan dengan penyiraman yang teratur biji-biji ini tidak ada satupun yang berkecambah sehingga daya kecambahnya adalah 0 %.
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun. Dormansi adalah suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah meskipun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Oleh karena itu diperlukan teknik khusus untuk mematahkan dormansi tersebut.
Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan pemecahan dormansi benih kelapa sawit dapat dilakukan pada suhu 40 ºC selama 80 hari. Pemberian oksigen berkonsentrasi tinggi dapat membantu perkecambahan jika diberikan selama atau setelah proses pemanasan.
Menurut Haryani (2005) dormansi benih kelapa sawit disebabkan adanya penghalang berupa struktur penutup di germpore yaitu operculum
Pemecahan dormansi yang digunakan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yaitu pemanasan benih pada suhu 40 °C selama 60 hari. Ruangan pemanas dilengkapi dengan kipas angin, thermograph, sinko, dan heater. Fungsi heater adalah untuk menyemburkan panas secara otomatis sedangkan thermograph berfungsi sebagai alat perekam suhu ruangan yang bekerja secara berkesinambungan pada proses pemecahan dormansi. Sinko berfungsi sebagai alat kontrol, apabila suhu lebih dari 40 °C maka alat ini akan bekerja mematikan heater dan menghidupkan kipas angin.
Hasil penelitian PPKS menunjukkan dormansi benih kelapa sawit sudah dapat dipatahkan dengan pemanasan selama 60 hari, dikombinasikan dengan perendaman dan pengeringan sebelum dan setelah perlakuan pemanasan. Hal ini dibuktikan bahwa dengan perlakuan tersebut persentase daya berkecambah benih kelapa sawit PPKS tahun 2007 adalah 83.4 % (Arif, 2008).
Kegiatan pematahan dormansi di PPKS adalah perendaman I selama 7 hari, pengeringan selama 24 jam, dilanjutkan dengan pemanasan selama 60 hari. Setelah dipanaskan selama 60 hari dilakukan perendaman kedua selama 3 hari dan pengeringan selama 5 jam. Perendaman berfungsi untuk mencuci zat-zat yang menghambat dan melunakkan buah atau kulit benih dan pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih aman untuk diproses lebih lanjut serta terhindar dari serangan hama dan penyakit (Haryani, 2003; Sukarman dan Hasanah, 2003).
Perlakuan pemanasan bertujuan untuk mematahkan dormansi benih kelapa sawit. Dengan pemanasan diharapkan operculum menjadi retak sehingga benih dapat berkecambah. Setelah proses pemanasan selesai benih siap dikirim ke ruang pengecambahan.

2.      Melinjo
Dari 15 buah biji melinjo yang disemai dan telah diperlakukan dengan baik sesuaidengan prosedur kerja yang telah diajarkan oleh dosen pembimbing dan dengan penyiraman yang teratur biji-biji ini tidak ada satupun yang berkecambah sehingga daya kecambahnya adalah 0 %.
Permasalahannya adalah biji melinjo membutuhkan waktu yang lama untuk bisa berkecambah sedang waktu pengamatan yang kami lakukan hanya 3 minggu.
Biji melinjo pada umumnya mulai berkecambah 6 bulan setelah ditanam (disemai), dan persentasenya sangat rendah yakni 1% -2%. Makin lama, persentase yang berkecambah makin naik, biasanya setelah 12 bulan hampir semua biji berkecambah, hanya beberapa saja yang baru bekecambah setelah 14 bulan. Bila ada biji  yang tidak mau berkecambah setelah sekian lama berada di persemaian, kemungkinan biji itu tidak memiliki embrio dan hanya memiliki endisperm.
Karena lama di persemaian, biji dapat terserang mikroorganisme sehingga bibit yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Bahwa perkecambahan biji dimuli 6 bulan setelah disemai, itu tidaklah mutlak karena perkembangan embrio dari biji yang telah masak ternyata bervariasi sewaktu lepas dari pohonnya. Dapat terjadi biji berkecambah selama 3-4 bulan di persemaian, tetapi hal ini jarang sekali terjadi dan persentasenya sangat rendah yakni kurang dari 1 %.

3.      Bawang Merah
            Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, bawang merah memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan yang lain karena bawang merah memiliki air dan lapisan kulitnya sangat tipis, bawang merah juga bisa tumbuh dimana saja baik pada seedbed maupun polibag. Bibit merupakan modal dasar yang paling penting dalam bercocok tanam bawang merah. Bibit yang jelek akan menghasilkan tanaman yang lemah dan hasilnya rendah. Bawang merah bisa tumbuh dengan mudah dengan catatan kelembaban tanahnya tidak terlalu tinggi dan jangan sampai pada air tergenang karena bawang merah mudah busuk. Pada percobaan kali ini kami melakukan pematahan masa dormansi pada bawang merah, dan dari 20 bibit bawang merah yang kami tanam semuanya tumbuh, walaupun dengan pertumbuhan yang berbeda.
4.      Jeruk
            Dari 20 bibit jeruk yang kami tanam, tidak ada satupun yang tumbuh. Biji yang tidak tumbuh menurut pengamatan kami dikarenakan pematangan buah yang belum sempurna sehingga bibit yang dihasilkan tidak sempurna dan sulit untuk berkecambah. Bibit yang dihasilkan ada yang masih muda dan kisut. Ada juga yang terluka saat mengeluarkannya dari daging buah. Faktor lain yang mungkin menyebabkan biji ini tidak tumbuh adalah kesalahan dalam memasukkannya kedalam lubang persemaian. Sehingga tunas yang tumbuh mengarah kebawah dan sulit untuk muncul kepermukaan tanah dan akhirnya membusuk. Sedangkan dalam pemeliharaannya udah kami lakukan dengan baik.
5.      Mangga
            Dalam Praktikum kali ini, kami mendapatkan 3 biji mangga, tapi yang kami lakukan dalam praktek hanya menggunakan 2 biji mangga disebabkan biji mangga yang satunya lagi masih terlalu muda dan tidak mungkin untuk ditanam, dan kemungkinan untuk tumbuhnya sangatlah kecil.
III.             KESIMPULAN
Dorman artinya tidur atau beristirahat. Para ahli biologi  menggunakan istilah itu untuk tahapan siklus hidup, seperti biji dorman, yang memiliki laju metabolisme yang sangat lambat dan sedang tidak tumbuh dan berkembang.
            Dormansi adalah masa istirahat biji sebelum berkecambah.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk pematahan masa dormansi :
à Perlakuan secara mekanis
            : dengan cara mengupasnya, membuang daging buah dan mencucinya setelah itu dijemur.
àSecara Kimia
            :  dengan cara merendamnya dalam larutan H2SO4 atau  IAA.
Pada praktikum kali ini, kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pembahasan diatas adalah bawang merah sangat mudah berkecambah dibandingkan dengan yang lain, hal tersebut dikarenakan bawang merah memiliki kulit yang sangat tipis. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa pematahan tidak mudah, karena butuh ketelitian dan kehati-hatian untuk mendapatkan hasil yang maksimum.
Untuk kelapa sawit dan melinjo pada percobaan menggunakan sistem dormasi ini tidak membuahkan hasil yang maksimal karena tidak dapat tumbuh,sementara kami sudah mencoba sesuai dengan perintah dan instruksi dosen pembimbing. Mungkin pada kelapa sawit dan melinjo ini, membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah, berbeda dengan bawang merah yang cepat berkecambah.




IV.             DAFTAR PUSTAKA
Elita, N,. dkk. 2008. Buku kerja praktek mahasiswa. Dasar-Dasar Agronomi.   Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Kuswanto,  H,. 1996.   Dasar-dasar Teknologi,  Produksi dan Sertifikasi Benih.   Andi.  Yogyakarta
Kuswanto, H,.  Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.    Kanisius.  Yogyakarta
Kamil, J. 1992. Teknologi Benih. Penebar Swadaya, Jakarta. 58 hal
Rukmana, Ir. Rahmat. 1994. Hormon Tumbuh. Kanisius, Yogyakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar