Laporan Kerja Lapangan Dasar- Dasar Agronomi (DDA) Penanganan dan Pematahan Masa Dormansi Biji




Laporan Kerja Lapangan Dasar- Dasar Agronomi (DDA)
Penanganan dan Pematahan Masa Dormansi Biji

Oleh :
Melani Anisa Fitri
1411311022

Dosen pembimbing :
Ir. Nelson Elita, MP




 












PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2014

DAFTAR ISI

          BAB I PENDAHULUAN ...........................................................        1
A.    Latar Belakang ..............................................................        1
B.     Tujuan ............................................................................        2
          BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................        3
A.    Perkecambahan ..............................................................        3
B.     Pengertian Dormansi......................................................        3
C.     Penyebab Dormansi .......................................................        4
D.    Ciri-ciri Biji yang Mengalami Dormansi ........................        6
E.     Metode / Cara Mematahkan Masa Dormansi ................        7
          BAB III PELAKSANAAN .........................................................        9
A.  Waktu Pelaksanaan .........................................................        9
B.  Tempat Pelaksanaan .......................................................        9
C.  Alat dan Bahan ...............................................................        9
D.  Pelaksanaan ....................................................................        9
E.   Aturan Seedbed ..............................................................      10
          BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................      11
A.    Hasil ..............................................................................      11
B.     Pembahasan ..................................................................      11
          BAB V PENUTUP ......................................................................      13
A.    Kesimpulan ....................................................................      13
B.     Saran ..............................................................................      13
          DAFTAR KEPUSTAKAAN .......................................................      14

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Biji merupakan bakal biji (ovulum) yang dihasilkan oleh tumbuhan berbunga dan dikenal sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan. Bibit adalah tanaman hasil perbanyakan atau penangkaran yang siap untuk ditanam, dapat bersal dari perbanyakan generatif (biji/benih) dan dapat juga bersal dari perbanyakan vegetatif (cangkok, okulasi, stek, dll).
Sedangkan benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman yang telah melalui proses seleksi, sehingga dapat diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar menjadi tanaman dewasa.
Dormansi adalah keadaan benih yang tidak aktif dimana daya tumbuh benih tidak ada dan benih tidak mampu berkecambah meskipun keadaan lingkungan bijinya baik.
 Benih dikatakan dormansi apabila benih itu sebenarnya hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan dan periode dormansi ini dapat berlangsung semusim atau tahunan tergantung pada tipe dormansinya (Sutopo, 2002) atau bisa juga dikatakan dormansi benih bisa menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viable) tetapi gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Tait and Zeiger, 1998).
Keadaan tidak aktif benih dapat disebabkan oleh pengaruh dalam (primer) dan pengaruh luar (sekunder). Dormansi primer disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam benih itu sendiri sehingga benih tidak mampu berkecambah walaupun dalam keadaan lingkungan yang sesuai. Hal ini bisa disebabkan oleh embrio yang rudimenter, embrio yang dorman, kulit biji keras, kulit benih yang kedap air dan udara maupun adanya zat penghambat perkecambahan.
Dormansi sekunder yang disebabkan pengaruh luar dan mekanisme benih itu sendiri. Benih yang dalam keadaan normal mampu berkecambah bila mengalami suatu keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan selama beberapa waktu akan kehilangan daya kecambah. Benih dikatakan dormansi apabila  benih itu sebenarnya  hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan  dan periode dormansi ini dapat berlangsung semusim atau tahunan  tergantung  pada tipe dormansinya.
Penanganan yang bisa dilakukan ketika biji berada dalam masa dormansi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :
1.             Perlakuan mekanis
2.             Perlakuan kimia
3.             Perlakuan perendaman dengan air
4.             Perlakuan pemberian temperatur tertentu (12–30 0C)
5.             Perlakuan dengan cahaya.
Benih Tidak berkecambah adalah benih dari berbagai macam tanaman baik dari kelas dikotil maupun monokotil yang hingga akhir periode pengujian tidak berkecambah. Benih benih tersebut diantaranya adalag benih segar, benih hampa, benih rusak, benih tidek berembrio, benih keras, dan benih mati (Kamil, Jurnalis. 1979).
Oleh karena itu, melalui makalah ini, penulis akan membahas dan mengidentifikasi mengenai penanganan dan pematahan masa dormansi benih dari beberapa tanaman, dalam hal ini yaitu mangga, sawit, bawang merah, dan jeruk.
B.     Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum dan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Mengidentifikasi adanya masa dormansi dari beberapa tanaman.
2.      Mengetahui tanaman yang mengalami masa dormansi
3.      Mengetahui bagaimana cara menangani dan mematahkan masa dormansi
4.      Mempermudah para pembaca serta penulis sendiri untuk memahami dan mengaplikasikan ilmu tentang masa dormansi, penanganan dan pematahan masa dormansi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Perkecambahan
Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang keluar menembus kulit biji (Salibury, 1985). Di balik gejala morfologi dengan permunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis.Secara fisiologi, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan penting meliputi (Lakitan, 2007):
1)      Absorbsi air
2)      Metabolisme pemecahan materi cadangan makanan
3)      Transport materi hasil permecahan dari endosperm ke embbrio yang
         aktif.
4)      Proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru
5)      Respirasi                                                
6)      Pertumbuhan
Banyak faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang internal dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan keseimbangan antara promotor dan inhibitor perkecambahan, terutam asam giberelin (GA) dan asam abskisat (ABA) (Esmaeili, 2009). Faktor eksternal yang merupkan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan (Mayer, 1975).

B.     Pengertian Dormansi
Dormansi didefinisikan sebagai keadaan biji yang tidak berkecambah atau dengan kata lain tunas yang yang tidak dapat tumbuh (terhambatnya pertumbuhan) selama periode tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor intern dalam biji atau tunas tersebut. Suatu biji dikatakan dorman apabila biji tersebut tidak dapat berkecambah, setelah periode tertentu, meski faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan tersedia (Zuliasdin, 2011).
Intensitas dormansi dipengaruhi oleh lingkungan selama perkembangan benih. Lamanya (persistensi) dormansi dan mekanisme dormansi berbeda antar spesies, dan antar varietas. Dormansi pada spesies tertentu mengakibatkan benih tidak berkecambah di dalam tanah selama beberapa tahun. Hal ini menjelaskan keberadaan tanaman yang tidak diinginkan (gulma) di lahan pertanian yang ditanami secara rutin.
C.     Penyebab Dormansi
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap air sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Dormansi primer merupakan bentuk dormansi yang paling umum dan terdiri atas dua macam yaitu dormansi eksogen dan dormansi endogen.
Dormansi eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting untuk perkecambahan (air, cahaya, suhu) tidak tersedia bagi benih sehingga gagal berkecambah. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit benih (seed coat). Tetapi kondisi cahaya ideal dan stimulus lingkungan lainnya untuk perkecambahan mungkin tidak tersedia. Faktor-faktor penyebab dormansi eksogen adalah air, gas, dan hambatan mekanis. Dormansi endogen dapat dipatahkan dengan perubahan fisiologis seperti pemasakan embrio rudimenter, respon terhadap zat pengatur tumbuh, perubahan suhu, ekspos ke cahaya. Yang termasuk dormansi fisik adalah:
-          Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin. Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan            dapat       membantu memperpendek masa dormansi benih.
-          Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
-          Adanya zat penghambat
Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan. Zat penghambat yang paling sering  dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan             zat-zat penghambat.
Kebanyakan jenis dari famili leguminosae menunjukkan dormansi fisik, yang disebabkan oleh struktur morfologis dari kulit biji yang rumit. Kondisi kedap air kulit biji legum relative dalam arti bahwa bermacam-macam jenis, bermacam-macam tingkatan kemasakan dan bermacam-macam individu menunjukkan tingkat ketahanan terhadap penyerapan air (imbibisi) yang berbeda.
Bebagai macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi tipe dormansi ini, semua metode menggunakan prinsip yang sama yakni bagaimana caranya agar air dapat masuk dan penyerapan dapat berlangsung pada benih. Teknik skarifikasi pada berbagai jenis benih harus disesuaikan dengan tingkat dormansi fisik.
Dormansi Fisiologis (dormansi sekunder), penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum   matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah (Schmidt, 2002).
Benih non dorman dapat mengalami kondisi yang menyebabkannya menjadi dorman. Penyebabnya kemungkinan benih terekspos kondisi yang ideal untuk terjadinya perkecambahan kecuali satu yang tidak terpenuhi. Dormansi sekunder dapat diinduksi oleh: (1) thermo- (suhu), dikenal sebagai thermodormancy; (2) photo- (cahaya), dikenal sebagai photodormancy; (3) skoto- (kegelapan), dikenal sebagai skotodormancy; meskipun penyebab lain seperti kelebihan air, bahan kimia, dan gas bisa juga terlibat.
            Mekanisme dormansi sekunder diduga karena:
a.       Terkena hambatan pada titik-titik krusial dalam sekuens metabolik menuju perkecambahan;
b.      Ketidak-seimbangan zat pemacu pertumbuhan versus zat penghambat pertumbuhan. Dormansi karena hambatan metabolisme pada embrio, terjadi karena adanya zat-zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Misal : ammonia, asam    benzoate, ethylene, alkaloid, coumarin (yang menghambat kerja enzim alfa dan beta amylase). Contoh : selada,dapat berkecambah langsung bila diberi suhu <20oC. Tetapi setelah disimpan, dapat berkecambah walau suhunya 30oC.

D.    Ciri-Ciri Biji yang Mengalami Dormansi
Ciri-ciri biji yang mengalami dormansi adalah :
·         Jika kulit dikupas, embrio tumbuh
·         Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
·         Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
·         Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
·         Akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
E.     Metode/ Cara Mematahkan Masa Dormansi
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menangani dan mematahkan masa dormansi biji yaitu :
1.      Perlakuan mekanis
ü  Skirifikasi: mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Hal tersebut bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas.
ü  Tekanan: benih-benih dari jenis tanaman tertentu (swee clover dan alfalfa) diberi perlakuan tekanan.
2.      Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
3.      Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Perendaman dengan air panas  merupakan salah satu cara memecahkan masa dormansi benih. HCL adalah salah satu bahan kimia yang dapat mengatasi masalah dormansi pada benih
4.      Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
5.      Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.















BAB III
PELAKSANAAN
A.    Waktu Pelaksanaan
Pengamatan dimulai pada minggu ke 10 (17 November 2014,Senin) sampai dengan minggu ke 15 (22 Desember 2014).
B.      Tempat pelaksaanan
Pelaksanaan praktek di lakukan di Laboratorium Agronomi Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
C.     Alat dan Bahan
Alat :
a.       Seed bed
b.      Pisau
c.       Ember kecil
d.      Kantong plastik
Bahan :
a.       Mangga
b.      Jeruk
c.       Kelapa sawit
d.      Bawang merah
e.       H2SO4
f.       ZPT IAA
g.      Tanah dan pupuk kandang
D.    Pelaksanaan
1.      Pelaksanaan minggu I
a.       Seleksi biji dan kupas kulit biji serta bersihkan umbi bawang merah
b.      Simpan biji yang telah diseleksi selama 1 minggu
c.       Amati selama penyimpanan biji dan umbi tersebut
2.      Pelaksanaan minggu II
a.       Persiapan alat dan bahan yang digunakan
b.      Latihan pematahan masa dormansi dengan memberikan perlakuan sbb:
v  Merendam biji dengan menggunakan IAA selama 15 menit untuk biji mangga dan jeruk
v  Untuk kelapa sawit pematahan masa dormansi dilakukan dengan merendam biji kelapa sawit dengan larutan H2SO4 selama 45 menit.
v  Untuk bawang merah, biji tidak kita rendam secara keseluruhan, akan tetapi dengan memotong 1/3 bagian pada bagian atas kemudian dicelupkan pada cairan IAA.
v  Setelah dilakukan pematahan masa dormansi, biji dikecambahkan pada seedbad yang telah berisi media tanah dan pupuk kandang serta lakukan penyiraman yang bertujuan untuk menjaga kelembaban biji, selama biji dikecambahkan jangan sampai tergenang, karena akan membuat biji menjadi busuk.
v  Lakukan pengamatan pada biji yang dikecambahkan tersebut.
E.     Aturan Seedbed
Mangga
Bawang Merah
Jeruk
Sawit
 





Aturan Seed Bad :
                                1 : 1
Tanah : Pupuk Kandang
Disiram 1 x 2 hari.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil

No.
Nama Tanaman
Jumlah Biji yang Ditanam
Jumlah Biji yang Tumbuh (Berkecambah)
% Daya Kecambah
Tinggi Tanaman (cm)
1.
Mangga
3 buah
2 buah
66.7 %
-
2.
Jeruk
40 buah
31 buah
77.5 %
20 cm
3.
Sawit
18 buah
-
0%
-
4.
Bawang Merah
13 buah
6 buah
46.2 %
40 cm

B.     Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan di laboratorium Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, kami melakukan kegiatan praktik tersebut telah sesuai dengan prosedur kerja dan pengarahan dari dosen pembimbing, namun karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki kami hanya mendapatkan hasil sebagai berikut :
*      Kelapa sawit
Biji kelapa sawit yang digunakan sudah layak dijadikan benih, namun dari 18 biji kelapa sawit yang kami tanam tidak ada yang tumbuh. Hal ini disebabkan karena sawit ini butuh waktu yang cukup lama untuk berkecambah, sedangkan kami hanya menanam dalam 6 minggu saja.
*      Bawang merah
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan dari 13 buah bawang merah yang kami semai tumbuh sebanyak 6 buah dengan panjang tanaman yaitu 40 cm. Bawang merah mempunyai tingkatan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan yang lain, karena bawang merah memiliki air dan lapisan kulitnya sangat tipis, bawang merah bisa tumbuh dimana saja baik pada seedbad, polibag, maupun lapangan terbuka, dengan catatan kelembabannya tidak terlalu tinggi dan jangan sampai ada genangan air karena bawang merah sangat rentan dengan kelembaban yang tinggi yang bisa menyebabkan bawang merah menjadi busuk. Daya kecambah dari bawang merah yang kami semai adalah 46.2 %.
*      Jeruk
Biji jeruk yang kami semai sudah cukup baik karena dari 40 biji yang kami tanam yang hidup adalah sebanyak 31 dengan daya kecambah sebesar 77.5 %. Dan tinggi tanaman adalah 20 cm. Hal ini dikarenakan biji yang kami gunakan sudah cukup usia untuk dijadikan bibit.
*      Mangga
Biji mangga yang berkecambah 2 buah dari 3 buah yang ditanam. Namun, dibandingkan dari hasil yang lainnya, mangga dari kelompok kami berkecambah sebelum dilakukan pematahan masa dormansi dengan IAA. Dan hasilnya juga tidak terlalu baik, hal ini dikarenakan kecelakaan sewaktu biji dipatahkan masa dormansinya. Daya kecambah mangga yaitu 66.7 %.
Cara menghitung daya kecambah :















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dormansi adalah keadaan benih yang tidak aktif dimana daya tumbuh benih tidak ada dan benih tidak mampu berkecambah meskipun keadaan lingkungan bijinya baik. Penanganan dan pematahan masa dormansi yang dilakukan pada kelapa sawit, bawang merah, jeruk dan mangga tidak berhasil 100%. Artinya, masa dormansi dari berbagai jenis dan varietas berbeda satu sama lain, ada yang mudah dipatahkan masa dormansinya seperti bawang merah dan jeruk, dan ada juga yang membutuhkan waktu yang lama seperti sawit dan mangga.
B.     Saran
Dengan adanya praktikum mengenai masa dormansi biji ini, diharapkan bermanfaat bagi petani untuk mempertimbangkan adanya penanganan dan pematahan masa dormansi kepada tanaman yang ingin ditanam, agar tanaman yang dihasilkan cepat berkecambah dan lebih menghasilkan keuntungan dalam hal waktu, biaya dan efektifitas produksi. Namun, harus diperhatikan cara-cara dan aturannya dengan baik.














DAFTAR KEPUSTAKAAN








Tidak ada komentar:

Posting Komentar