MAKALAH KIMIA “KESESUAIAN LAHAN DAN KIMIA TANAH UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT”




MAKALAH KIMIA
“KESESUAIAN LAHAN DAN KIMIA TANAH UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT”


OLEH :
SILVIA DEWITA
Bp. 1311311016


JURUSAN         : BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
PROGRAM STUDI  : MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
TANJUNG PATI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi jangka panjang tidak selalu harus diarahakan pada sektor industri, tetapi dapat juga diarahkan pada sektor lain, seperti sektor pertanian, komunikasi, perbankan dan lain-lain.
            Secara angka, pada tahun 2005 persentase konstribusi sektor pertanian terhadap GDP (gross domestic product) Indonesia semakin menurun. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan program ekonomi yang pro-pertumbuhan, pro-orang kecil, dan pro-kesempatan kerja yang akan memacu agribisnis kelapa sawit sebagai salah satu ujung tombak bagi kerangka dasar pembangunan Indonesia menyongsong era globalisasi dan pasar bebas pasca-2020.
            Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Sistem agribisnis kelapa sawit merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian (Agroindustri hulu ), pertanian, industri hilir, dan pemasaran yang dengan cepat akan merangkaikan seluruh subsistem untuk mencapai skala ekonomi.Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia.
            Kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus menigakat sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik bruto. Jumlah penduduk di negara-negara kawasan Timur-Jauh sekitar 3.2 milyar atau 50% dari penduduk dunia. Di daerah inilah, tingkat pertumbuhan ekonomi sangat tinggi. Selain itu, konsumsi minyak perkapita penduduk di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara juga masih jauh di bawah rata-rata penggunaan minyak nabati dan lemak per kapita per tahun penduduk dunia.
            Minyak kelapa sawit (MKS) merupakan komoditas yang menpunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Sementara, minyak makan merupakan salah satu dari 9 kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan akan minyak di dalam dan luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa. Oleh sebab itu, pengembangan perkebunan kelapa sawit harus digalakkan untuk memenuhi kebutuhan minyak dunia. Untuk meningkatkan hasil produksi maka harus diperhatikan dalam pengembangannya terutama dalam pemilihan bibit, pemilihan lahan yang sesuai dengan memperhatikan sifat fisika dan kimia tanah.
B.     PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai budidaya dan cara meningkatkan produksi kelapa sawit yang merupakan bahan baku utama untuk produksi minyak makan dunia. Objek utama dalam makalah ini adalah mengenai kesesuaian lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan mengenai tanah yang baik untuk perkebunan kelapa sawit, hal ini mencakup sifat fisik dan kimia tanah serta unsur hara yang terkandung di dalamnya yang akan dibutuhkan untuk pertumbuhan kelapa sawit sehingga bisa menghasilkan kelapa sawit yang bekualitas tinggi dan hasil produksi yang maksimal sehingga kebutuahan minyak dunia bisa terpenuhi.



BAB II
PEMBAHASAN
“KESESUAIAN LAHAN DAN KIMIA TANAH  UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT”
A.    KLASIFIKASI KELAPA SAWIT
            Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi               : Embryophyta Siphonagama
Kelas               : Angiospermae
Ordo                : Monocotcyledonae
Famili              : Arecaceae (dahulu disebut palmae)
Subfamili         : Cocoideae
Genus              : Elaeis
Spesies            : 1. E. guineensis Jacq.
                          2. E. oleifera (H.B.K) Cortes
                          3. E. odora
Kelapa sawit merupakan spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya. Titik tumbuh aktif secara terus-menerus menghasilkan primordia (bakal) daun setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa).

B.     KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT
Lahan adalah matriks tempat tanaman berada. Tanpa lahan, tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada tiga faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah.
            Berbeda dengan faktor-faktor iklim yang polanya dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun, sifat-sifat tanah dapat di katakan konstan, walaupun untuk suatu jangka waktu yang panjang, karena proses pelapukan, sifat-sifat tersebut dapat mengalami peubahan. Demikian pula derajat kesuburan tanah dapat meningkat atau menurun, tergantung dari tindakan manusia dalam memanfaatkan tanah. Tanah menpunyai sejumlah besar jenis. Tiap jenis tanah memiliki sifat yang berbeda, baik kimia maupun fisikanya. Jenis tanah turut mempengaruhi berbagai aspek penting bagi pertumbuhan tanaman, seperti seberapa besar kandungan unsur-unsur hara, mudah tidaknya unsur-unsur hara tersebut diserap oleh akar tanaman, besarnya kemampuan menahan air, dan lain-lain. Karena sifat-sifat ini relatif konstan, terbuka peluang bagi petani untuk memanipulasi tanah agar dapat meraih manfaat sebaik-baiknya.
            Pada tanah-tanah yang kurang subur, petani dapat memperoleh produktivitas tinggi dengan menerapakan pemupukan yang tepat. Tanah-tanah yang selalu padat (kompak) dapat diolah agar menjadi gembur, sehingga ketersediaan oksigen (O2) bagi akar tanaman menjadi lebih terjamin. Tanah-tanah yang kandungan bahan organiknya rendah dapat diperbaiki dengan pemberian pupuk organik. Secr teori peluang untuk memanipulasi tanah cukup luas. Tetapi tidak prektekya peluang tersebut memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini dapat bersifat teknis, tetapi yang lebih penting adalah keterbatasan ang disebabkan oleh pertimbangan ekonomi, karena setiap tindakan membawa konsekuensi biaya.
            Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyartan mengenai jenis tanah  tidak terlalu spesifik seperti persyaratan mengenai faktor-faktor iklim. Pada tanah-tanah yang kurang sesuai, produktivitas tinggi dapat dicapai dengan upaya tambahan oleh perusahaan.
Dalam pada itu, Hartley menekankan pentingnya jenis-jenis tanah yang lebih menjamin ketersediaan air, dengan catatan tidak termasuk tanah-tanah yang selalukelebihan air, karena pada tanah-tanah seperti ini akar tidak mendapat cukup oksigen. Para ahli lebih menekankan pentingnya ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar, yang sedikit banyak mempunyai kaitan dengan jaminan ketersediaan air. Pada banyak jenis tanah, kedua macam penekanan tersebut kurang lebih sejalan , tetapi mengandung implikasi yang berbeda dalam hal penggunaan tanah gambut.
            Pentingnya kesesuaian lahan untuk pengusahaan kelapa sawit ditekankan oleh sejumlah pakar di Indonesia. Kajian kesesuaian lahan dilakukan oleh beberapa pakar tanah yang menggolongkan lahan atas 4 kelas, yaitu:
Ø  Cukup baik
Ø  Kurang baik
Ø  Tidak baik
Ø  Tidak sesuai
            Secar umum unsur kemampuan dibagi menjadi tiga faktor, yaitu : faktor lingkungan, sifat fisik tanah, dan sifat kimia tanah. Penggolongan kelas kesesuaian lahan yang banyak digunakan adalah : S1, kesesuaian tinggi atau baik (highly suitable); S2, kesesuaian sedang (moderately suitable); S3, kessuaian terbatas atau kurang baik (marginally suitable); dan N, tidak sesuai atau tidak baik (not suitable).
Baku produksi rata-rata  dalam TBS/ha/tahun untuk tiap daur (siklus) pertanaman menurut kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut : S1, di atas ton; S2, 19-24 ton; S3, 13-18 ton; dan N, di bawah 12 ton. Sebagian besar dari lahan-lahan yang dipakai untuk usaha tani kelapa sawit ternasuk jenis-jenis tanah latosol (orisol), aluvial, dan laterit (utisol).
            Pada penggolongan kelas kesesuaianlahan ada 4 kesesuaian. Dalam kenyataaan di lapangan biasanya yang dipakai hanya 3 kelas saja, yakni S1, S2, dan S3, sedangkan N tidak terpilih karena lahan ini tidak sesuai untuk tanaman kelapa sawit, karena memberikan produksi yang rendah (di bawah 12 ton ) sehingga tidak ekonomis.

Tabel Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit
Keadaan
Baik (S1)
(I)
Sedang (S2)
(II)
Kurang baik (S3)
(III)
Tidak baik (N)
(IV)
Tinggi (m)
Topografi
Lereng (%)
Solum (cm)
Dalam air (cm)
Tekstur*
Organik (cm)
Batuan
Erosi
Drainase
Banjir
Pasang surut
0 – 400
datar – ombak
0 – 15
>80
>80
lp – lpli
5 – 10
dalam
t . a
baik
t .  a
t . a
0 – 400
datar–gelombang
16-25
80
60 – 80
lip – li
5 – 10
dalam
t . a
baik
t . a
t . a

0 – 400
berbukit
25 – 36
60 – 80
50 – 60
plp – li
5 – 10
dalam
t . a
agak baik
t . a
t . a
0 – 400
curam
>36
<60
40 – 50
p
>5
dangkal
sedikit
agak baik
sedikit
ada

*Seri li= liat, p=pasir, lp=lempung, t.a=tidak ada
C.    TANAH YANG SESUAI UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT
            Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Akan tetapi, agar kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal memerlukan jenis tanah yang cocok. Jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah jenis latosol, podsolik merah kuning dan aluvial yang kadang-kadang meliputi pula tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai.
KRITERIA KEADAAN TANAH UNTUK PENGUSAHAAN KELAPA SAWIT

Keadaan Tanah
Kriteria Baik
Kriteria Kurang Baik
Kriteria Tidak Baik
Lereng
<12o
12o - 23o
>23o
Keadaan solum tanah
>75 cm
37,5 - 75 cm
< 37,5 cm
Ketinggian muka air tanah
<75 cm
75 - 37,5 cm
<37,5 cm
Tekstur
Lempung atau liat
Lempung berpasir
Pasir berlempung atau pasir
Struktur
Perkembangan kuat
Perkembangan sedang
Perkembangan lemah/masif
Konsistensi
Gembur sampai agak teguh
Teguh
Sangat teguh
Permeabilitas
Sedang
Cepat atau lambat
Sangat cepat atau sangat lambat
Keasaman (Ph)
4,0 - 6,0
3,2 – 4,0
<3,2
Tebal gambut
0 - 60 cm
60 – 150 cm
>150 cm

Klasifikasi wilayah untuk pengusahaan kelapa sawit- mengacu pada tabel di atas, sebagai berikut :
·         Kelas I (baik) : wilayah dengan tanah yang mempuyai seluruh kriteria baik.
·         Kelas II (cukup baik) : wilayah dengan tanah yang mempunyai kriteria baik dan ≤ 2 kriteria yang baik.
·         Kelas III ( kurang baik) : wilayah dengan tanah yang mempunyaikriteria baik, 2 - 3 kriteria kurang baik, dan satu kriteriatidak baik.
·         Kelas IV ( tidak baik ) : wilayah dengan tanah yang mempunyai  >2 kriteria tidak baik.
            Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal adalah :
·         Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam, atau menghindari tanah-tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal.
·         Solum cukup dalam, tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu.
·         Reaksi tanahnya masam dan pH antara 4-6.

Tanah-tanah yang tidak memenuhi syarat untuk kelapa sawit adalah :
Ø  Tanah pantai yang sangat berpasir.
Ø  Tanah gambut yang tebal, yang menyebabkan akar tidak dapat mencapai lapisan tanah mineral sehingga tanaman mudah tumbang atau pertumbuhannya miring.

Tanah-tanah Podsolik Merah Kuning di Sumatera Utara, terutama bagian timur dan Aceh, adalah yang terbaik untuk [ertanaman kelapa sawit. Demikian pula daerah Lampung dan Jawa Barat bagian barat. Sedangkan tanah Podsolik Kuning umumnya miskin unsur hara, terutama fosfat, sehingga tanaman kelapa sawit yang ditanam di atasnya sering menunjukkan gejala-gejala defisiensi Magnesium. Pemupukan yang baik pada tanah ini sangat diperlukan.
Lahan-lahan pengembangan baru seperti daerah-daerah Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Irian Jaya diharapkan dapat memenuhi persyaratan sehingga prospek perkembangan kelapa sawit di daerah –daerah tersebut cukup baik.
            Selain memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang cocok untuk kelapa sawit, letak dan keadaan topografis lahan untuk perkebunan kelapa sawit harus cukup baik pula, sehingga memudahkan perhubungan baik antara kebun dan pabrik pengolahan maupun dengan daerah luar perkebunan. Hal ini penting untuk pengangkutan (transportasi) hasil keluar, baik kepada para konsumen lokal maupun untuk tujuan ekspor, dan juga untuk pengangkutan  berbagai keperluan kebun dan pabrik.
            Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dibanyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit.


1.      Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit
Tanah-tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan banyak terapat di daerah tropis diuraikan sebagai berikut.
Ø  Latosol
Latosol di daerah tropis biasanya berwarna merah, cokelat, dan kuning Tanah latosol terbentuk di daerah  yang iklimnya juga cocok untuk tanaman kelapa sawit. Tanah latosol mudah tercuci dan melapisi sebagian besar tanah di daerah tropikal basah.
Karakterstik tanah latosol sebagai berikut :
-          Perbandingan silica, sesquiksida dengan fraksi liat kaolisitik rendah.
-          Kapasitas tukar kation (KTK) rendah sampai sedang.
-          Derajat agregat yang stabil relatif tinggi.
-          Kandungan mineral primer seperti kuarsa relatif rendah.
Ø  Aluvial
Tanha-tanah aluvial ngat penting untuk tanaman kelapa sawit, meskipun kesuburannya di setiap tempat berbeda-beda. Aluvial di tepi pantai dan sungai umum ditanami kelapa sawit di Asia dan Amerika. Aluvial yang ada di tepi pantai (clay merine) yang didominasi montmorilonitik dan bukan kaolinitik merupakan sebagian jenis tanah yang produktif.
            Di Sumatera, jenis tanah yang ditanami kelapa sawit sebagai berikut.
-          Leparitic latosol yng disebut podsolik merang kuning.
-          Basalik, andesitik yang berasal dari deposit vulkanik tua.
-          Sedimen dari laut dan sungai.
-          Tanah hitam yang berasal dari hancuran batu karang dan kerang (coral and shells)
-          Tanah-tanah aluvial yang ditutupi gambut yang berasal dari pantai landai dan muara sungai.


2.      Tanah yang Tidak Baik untuk Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit
ü  Tanah-tanah yang berdrainase buruk. Tanah berdrainase buruk disebabkan permukaan air tanah yang tinggi, dekat sungai, dan rawa-rawa. Selain itu, bisa juga disebabkan struktur tanah yang buruk sehingga menyebabkan drainase yang juga buruk.
ü  Tanah-tanah lateritik yang mengandung batuan besi. Adanya batuan besi menyebabkan pembatasan pertumbuhan akar sehingga volume akar kecil. Pada musim kemarau, tanah lateritik akan cepat kering sehingga tanaman menderita kekeringan.
ü  Tanah-tanah berpasir di pantai. Tanaman kelapa sawit tidak tumbuh dengan baik di tanah pasir pantai. Tanaman kelapa sawit yang ditanam di tanah berpasir pantai pertumbuhannya akan sangat lambat.
ü  Gambut yang dalam (deep peat). Pada tanah gambut sedalam 120 cm, tanaman kelapa sawit masih dapat hidup dengan baik. Namun, pada tanah gambut sedalam 250 cm atau lebih, tanaman kelapa sawit tumbuh kurang baik karena akar sulit mencapai tanah dan tanaman akan mudah roboh.

3.      Status kacang-kacangan di perkebunan kelapa sawit
            Tumbuhan penutup tanah dari jenis kacang-kacangan yang sering ditanam di perkebunan kelapa sawit yaitu Calopogonium caerulium (CC), Peuraria javanica (PJ), Calopogonium mucunoides (CM), Centrosema pubescens (CP), Mucuna cochinchinensis (MC), dan Mucuna bracteata (MB). Secara Umum, status tumbuhan penutup tanah di perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan sebagai tumbuhan yang pada umumnya bermanfaat (golomgan A). Manfaat kacang-kacangan dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit yaitu sebagai berikut.
a.       Menambah bahan organik sehingga memperbaiki strutur tanah.
b.      Memperbaiki status hara tanah , terutama nitrogen.
c.       Memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan).
d.      Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, terutama pada tanah yang curam.
e.       Mengurangi biaya pengendalian gulma.
f.       Mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi.

D.     NUTRISI (UNSUR HARA) YANG DIBUTUHKAN TANAMAN KELAPA SAWIT
            Unsur hara dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman karena merupakan bagian dari sel-seldalam tubuh tanaman ataupun berfungsi melancarkan berlangsungnya proses metabolisme. Sel-sel baru selalu dibentuk selama tanaman itu hidup, baik untuk perkembangan organ-organ tubuhtanaman maupun untuk mengganti sel-sel yang tua dan mati. Oleh karena itu kebutuhan unsur hara berlangsung sepanjang kehidupan tanaman. Kebutuhan unsur hara pada usahatani kelapa sawit sangat menentukan, karena kelapa sawit termasuk jenis tumbuhan yang menyerap unsur hara dalam jumlah sangat banyak. Ha ini dapat dilihat dengan jelas dari perbandingan jumlah unsur hara yang dipindah keluar areal tanaman (nutrient removal) dalam bentuk produk-produk tanaman, seperti dalam tabel berikut :
Jenis dan Unsur Hara Terpindah pada Beberapa Macam Tanaman Perkebunan
Jenis tanaman
Hasil/tahun
Unsur hara terpindah (kg)
N
P
K
Mg
Ca
Kelapa sawit
Kelapa
Kakao
Kopi
Teh
Karet
25 ton TBS
2,4 ton kopra
1.125 kg biji kering
1.125 kg kopi
1.350 kg daun terolah
1.928 kg karet kering
93,5
40,8
25,5
40,0
62,5
19,1
11,0
6,8
5,0
7,3
4,5
3,8
92,7
99,8
50,0
50,3
28,3
15,5
19,3
7,0
6,3
-
3,0
2,6
20,3
3,5
3,2
-
5,5
-
Catatan : Angka-angka bersifat relatif, karena hasil bervariasi tergantung dari jenis tanah dan faktor-faktor lain
            Mengingat tanah mengandung unsur hara tersedia dalam jumlah terbatas, sebagian besar kebutuhan harus dicukupi melalui pemupukan. Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas pemupukan setinggi mungkin  dalam rangka mengoptimalkan efisiensi biaya tanpa mengganggu kelestarian kesuburan tanah, pemupukan seharusnya dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian pemupukan yang tersedia.
Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman biasanya dibagi atas dua kelompok, yaitu unsur-unsur makro (macroelement) dan unsur-unsur mikro (microelement). Alasan pembagian ini sederhana yaitu : unsur makro adalah yang dibutuhkan dalam jumlah besar , dan unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil. Tetapi dalam praktek di lapangan  alasan pembagian tersebut menjadi lebih logis; unsur-unsur makro dalam pertanian modern ditambahkan dalam bentuk pupuk, sedangkan unsur-unsur mikro umumnya dapat dicukupi oleh tanah sendiri. Unsur-unsur mikro hanya diberikan dalam bentuk pupuk bila analisis anah menunjukkan adanya kekahatan (defisiensi), atau bila tanaman menunjukan gejala-gejala defisiensi.
            Unsur-unsur yang termasuk unsur makro adalah Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Belerang atau Sulfur (S), Boron (B) dan Natrium (Na). Sedangkan unsur-unsur yang termasuk unsur mikro adalah Klor (Cl), Mangan (Mn), Besi (Fe), Seng (Zn), Tembaga (Cu), dan Molibden (Mo).

            Peranan unsur-unsur tersebut dalam tubuh tanaman kelapa sawit adalah  sebagai berikut :
a.      Unsur-unsur makro
1.      Nitrogen (N)
Sebagian besar senyawa-senyawa kimia dalam tumbuhan seperti protein, alkaloid, klorofil, dan lain-lain mengandung nitrogen. Nitrogen, disamping ada yang berfungsi struktural, sebagian berfungsi sebagai enzim, yaitu senyawa-senyawa yang mengatur ribuan jenis reaksi biokimia dalam badan tumbuhan.
2.      Fosfor (P)
Fosfor merupakan bagian dari senyawa yang mengatur pertumbuhan tanaman., mengatur pernapasan dan pematangan buah. Kehadiran Fosfor juga mengatur efisiensi penggunaan Nitrogen oleh tanaman. Kekurang Fosfor menghambat pertumbuhan tanaman.
3.      Kalium (K)
Kalium terdapat pada semua bagian tumbuhan (akar, batang, daun, dan lain-lain) dalam jumlah cukup besar. Fungsi utama unsur ini adalah sebagai katalisator (mendorong dam mempercepat reaksi-reaksi biokimia.Kalium turut mengatur kegiatan-kegiatan vital dari tumbuhan seperti fotosintesis, transpirasi, dan reaksi-reaksi biokimia dalam daun dan titik-titik tumbuh. Kalium dalam jumlah besar terdapat dalam tandan buah kelapa sawit, terutama dalam tangkai buah, mesokarp, dan cangkang. Kekurangan kalum akan mengurangi produksi buah.


4.      Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan bagian dari  molekul kecil dari molekul klorofil, terdapat dalam berbagai jenis enzim, dan berasosiasi dengan fosfor dalam proses pembentukan senyawa-senyawa fosfolipid yang merupakan bagian dari minyak yang diproduksi. Kekurangan Magnesium dapat ditandai dengan gejala klorosis (warna kekuningan).
5.      Belerang (S)
Belerang turut berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan membantu produksi minyak.
6.      Kalsium (Ca)
Kalsium merupakan bagian dari dinding sel dan merupakan bagian dari enzim amilase. Kandungan terbesar Kalsium terdapat pada daun. Dalam mesokarp buah sawit kalsium banyak ditemukan dalam bentuk kristal kalsium oksalat. Kalsium turut menjaga agar membran-membran dalam sel tetap berfungsi, selain itu berperan dalam bagian-bagian meristem tanaman dan juga mendorong pertumbuhan akar. Kalsium memiliki kemampuan menekan aktivitas kalium (K) dan mempengaruhi penyerapan unsur nitrogen.
7.      Klor (Cl)
Klor merupakan bagian yang penting dalam kloroplas, dan terdapat dalam jumlah besar pada daun kelapa sawit. Diperkirakan unsur ini mempengaruhi laju proses fotosintesis.
8.      Natrium (Na)
Peran unsur natrium pada tanaman kelapa sawit masih belum diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa natrium turut membantu proses konservasi unsur kalium, dan dalam pengaturan air dalam tubuh tanaman, turut mengurangi dampak negatif dari kekeringan yang panjang.
9.      Boron (B)
Boron turut mengatur beberapa proses metabolisme. Kekurangan boron turut menghambat pertumbuhan, sebaliknya kebanyakan boron pun menjadi racun bagi tanaman. Boron diduga turut berperan dalam ketahanan (resistansi) terhadap hama dan penyakit.


b.      Unsur-unsur mikro
1.      Mangan (Mn)
Mangan turut berfungsi dalam proses pembentukan klorofil dan mengatur efisiensi fotosintesis.
2.      Besi (Fe)
Besi berfungsi dalam proses pembentukan klorofil  dan menjadi katalisator bagi sejumlah reaksi enzimatis dalam proses pernapasan dan proses oksidasi.
3.      Seng (Zn)
Seng berfungsi dalam pembentukan klorofil, protein dan auksin, dan merupakan bagian dari beberapa jenis enzim.
4.      Tembaga (Cu)
Tembaga turut berfungsi dalam pernapasan, pembentukan klorofil dan banyak proses fisiologis lainnya.
5.      Molibden (Mo)
Molibden terdapat dalam kadar rendah dalam jaringan tubuh tanaman kelapa sawit, termasuk tandan buah, tetapi fungsinya belum diketahui. Kehadiran Molibden berdampak negatif pada pertumbuhan bibit kelapa sawit, dilain pihak dibutuhkan dalm jumlah kecil dalam rangka memaksimalkan penggunaan pupuk-pupuk nitrogen  untuk mengkonversikan senyawa nitrat.



BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Lahan adalah matriks tempat tanaman berada. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada tiga faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah.
Pentingnya kesesuaian lahan untuk pengusahaan kelapa sawit ditekankan oleh sejumlah pakar di Indonesia. Kajian kesesuaian lahan dilakukan oleh beberapa pakar tanah yang menggolongkan lahan atas 4 kelas, yaitu:
*      Kelas I (baik) : wilayah dengan tanah yang mempuyai seluruh kriteria baik.
*      Kelas II (cukup baik) : wilayah dengan tanah yang mempunyai kriteria baik dan ≤ 2 kriteria yang baik.
*      Kelas III ( kurang baik) : wilayah dengan tanah yang mempunyaikriteria baik, 2 - 3 kriteria kurang baik, dan satu kriteriatidak baik.
*      Kelas IV ( tidak baik ) : wilayah dengan tanah yang mempunyai  >2 kriteria tidak baik.
Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal adalah drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu dan reaksi tanahnya masam dan pH antara 4-6.
Tanah-tanah yang tidak memenuhi syarat untuk kelapa sawit adalah tanah pantai yang sangat berpasir dan tanah gambut yang tebal, yang menyebabkan akar tidak dapat mencapai lapisan tanah mineral sehingga tanaman mudah tumbang atau pertumbuhannya miring.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit mencakup unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro adalah unsur yag banyak dibutuhkan (N, P, K,Mg, S, Ca, Cl, Na dan B ), sedangkan unsur mikro adalah unsur yang sedikit dibutuhkan ( Mn, Fe, Zn, Cu, dan Mo ).
B.      SARAN
Demikianlah makalah ini saya buat, saya sadar banyak sekali terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya butuhkan untuk lebih sempurnanya makalah saya untuk ke depannya.Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya dan kita dapat mengambil ilmu pengetahuan dari nya.
                                          
DAFTAR PUSTAKA

v  Pahan, Iyung.2006.Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Bogor. Penebar swadaya anggota IKAPI.
v  Setyamidjaja, Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa Sawit.Deresan, Yokyakarta. Kanisius (Anggota IKAPI).
v  Mangoensoekarjo, Soepadiyo. Semangun, Haryono. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Bulaksumur, Yokyakarta. Gadjah Mada University Press.
v  Ir. Sunarko, M.Si. 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan.Jakarta. Agromedia Pustaka.
v  Sastrosayono,Selardi. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta. PT. Agromedia Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar