LAPORAN LABORATORIUM
INOKULASI RHIZOBIUM PADA TANAMAN KEDELAI
OLEH :
ROMES SAPUTRA
1401322031
Dosen Pembimbing :
Ir.Hj.
Nelson Elita, M.P
PROGRAM STUDI BUDIDAYA
TANAMAN PANGAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
PAYAKUMBUH
2015
-
PENDAHULUAN
-
Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu komoditas penting
dalam hal penyediaan pangan, pakan, dan bahan-bahan industri,
sehingga telah menjadi komoditas utama dalam pembangunan pertanian di
Indonesia. Dengan berkembangnya industri pangan dan pakan yang
menggunakan kedelai sebagai bahan pokok, kebutuhan akan kedelai
setiap tahun semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan, pemerintah
telah melakukan impor kedelai. Sementara itu produksi kedelai
ditingkat nasional cendrung menurun, yang disebabkan menurunnya luas
panen dan produktivitas yang nyaris tidak meningkat.
Tanaman kedelai (Glycine
max L. Merril) merupakan komoditi
pertanian yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan gizi pangan
rakyat. Hal ini disebabkan kedelai mengandung protein yang cukup
tinggi dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya. Menurut Richard
et al., (1984)
biji kedelai mengandung 30-50% protein. Rismunandar (1978) sebelumnya
mengemukakan, kadar protein kacang tanah 20%, beras dan jagung
masing-masing 10%. Kandungan protein yang tinggi memberikan indikasi
bahwa tanaman kedelai memerlukan nitrogen yang tinggi pula.
Kedelai adalah tanaman legum yang mempunyai
potensi sangat baik untuk dikembangkan. Tanaman ini mempunyai
kemampuan untuk bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium
dalam menambat N2 (Anonim, 2010).
Menurut Soepardi (1983), peningkatan produktivitas kedelai salah
satunya dengan menggunakan inokulan Rhizobium
sebagai pupuk hayati. Keuntungan
menggunakan inokulan tersebut adalah dari sebagian N yang ditambat
tetap berada dalam akar dan bintil akar yang terlepas kedalam tanah,
nitrogen tersebut akan dimanfaatkan oleh jasad lain dan berakhir
dalam bentuk ammonium dan nitrat. Apabila jasad tersebut mati maka
akan terjadi pelapukan, amonifikasi dan nitrifikasi, sehingga
sebahagian N yang ditambat dari udara menjadi tersedia bagi tumbuhan
itu sendiri dan tumbuhan lain disekitarnya. Pasaribu et
al,. (1989) juga mengemukakan bahwa
peningkatan hasil kedelai jelas terjadi dengan mengadakan inokulasi
Rhizobium. Selain
itu bakteri Rhizobium juga
memberikan dampak positif terhadap sifat fisik dan kimia tanah yaitu
memperbaiki struktur tanah, sumber bahan organik tanah, meningkatkan
sumber hara N, serta memiliki wawasan lingkungan (Alexander, 1977).
Rhizobium merupakan
kelompok bakteri berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman
kedelai. Bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini
mampu menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar.
Bakteri Rhizobium
telah lama digunakan sebagai pupuk
hayati terhadap tanaman kacang-kacangan karena dapat membentuk bintil
akar sehingga dapat mengikat nitrogen bebas. Secara umum inokulasi
dilakukan dengan memberikan biakan Rhizobium
kedalam tanah agar bakteri ini
berasosiasi dengan tanaman kedelai mengikat N2 bebas dari udara (Rao,
1994).
Tanah bekas ditanami kacang-kacangan biasanya
diambil sebagai bahan inokulan yang mengandung bakteri Rhizobium
dan bila tanah tersebut digunakan
kembali untuk tanaman kedelai berikutnya maka pertumbuhan kedelai
akan lebih baik, bintil akar akan mulai terbentuk sekitar 15-20 hari
setelah tanam sedangkan pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai
bakteri Rhizobium tidak
terdapat dalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk (Suprapto,
2004).
Tanah yang pernah ditanami dengan tanaman legum
terkadang masih membutuhkan inokulasi tambahan Rhizobium.
Inokulan pada tanaman tidak selalu dapat berkompetisi dengan baik
dengan mikroba alami tanah atau terhadap kondisi tanah yang kurang
mendukung pertumbuhan dari strain yang ditambahkan (Ladha, et
al., 1988 cit Situmorang. 2010). Dengan
kata lain, pemberian Rhizobium dengan
strain inokulan yang berbeda mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
pembentukan bintil akar dan produk nitrogen dalam bintil. Kehadiran
mikroba alami yang tidak efektif dalam jumlah yang besar dapat
mengganggu praktek inokulan.
Salah satu pendekatan untuk melakukan penghematan
dalam pemakaian pupuk anorganik, yakni meningkatkan efisiensi
penggunaan N tersedia dalam tanah melalui penambatan N2, baik secara
langsung ataupun melalui interaksi antara tanaman legum dengan
bakteri penambat N2, baik yang diaplikasikan melalui tanah atau benih
(seed coating)
mampu meningkatkan efisiensi pemupukan N (Afnaini, 1987).
Nitrogen merupakan unsur makro yang penting,
tetapi unsur ini terdapat dalam jumlah yang sedikit didalam tanah
sedangkan yang diangkat tanaman cukup banyak. Sumber nitrogen untuk
tanaman adalah N2 atmosfer. Dalam bentuk N2 nitrogen tidak dapat
langsung dimanfaatkan tanaman dan terlebih dahulu dirubah menjadi
nitrat atau amonium melalui proses tertentu sehingga tersedia bagi
tanaman (Mahmud, 1979).
Rhizobium yang
berasosiasi dengan tanaman legum mampu menfiksasi 100-300 kg N/ha
dalam satu musim tanam dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman
berikutnya. Rhizobium mampu
mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan
produksi antara 10-25%. Tanggapan tanaman sangat bervariasi
tergantung pada kondisi tanah dan efektifitas populasi mikroorganisme
tanah (Soetanto, 2002).
Teknik inokulasi merupakan suatu pekerjaan
memindahkan bakteri dari mediumyang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengandemikian akan diperoleh
biakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pembelajaran
mikrobiologi.
-
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Melakukan inokulasi pada benih kedelai dengan
berbagai asal inokulan.
2. Melihat perbedaan
pertumbuhan tanaman kedelai yang diinokulasi dan tidak di inokulasi.
3. Mengamati perbedaan pertumbuhan tanaman
kedelai antara berbagai asal inokulan.
4. untuk melihat
inokulan terbaik dalam pembentukan bintil akar tanaman kedelai yang
dilihat dari pembentukan bintil efektif, yang dapat menyediakan N
bagi tanaman kedelai.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan Tinggi Tanaman
-
PengamatanPerlakuan (Rata-rata)/ cmIIIIIIIVVBiakan murni17,627,835,646,763,5Tanah Bekas Kedelai17,928,136,147,966,1Control18,328,937,848,267,4
Grafik 1. Pengamatan Tinggi Tanaman
Tabel 2. Pengamatan Jumlah Daun Tripoliat
-
PerlakuanPengamatan Rata-rata Jumlah daun trifoliatIIIIIIIVVBiakan murni35,379,410Tanah bekas kedelai3,5681011Control3,56,38,31113
Grafik 2. Pengamatan Jumlah Daun Tripoliat
Tabel 3. Jumlah bintil akar,
bintil efektif dan inefektif
|
No
|
Perlakuan
|
Jumlah
Bintil akar
|
Jumlah bintil
Efektif
|
Jumlah bintil
Inefektif
|
|
1
|
Tanah bekas
kedelai
|
25
|
18
|
7
|
|
2
|
Biakan
murni
|
19
|
11
|
8
|
|
3
|
Control
|
17
|
14
|
3
|
Grafik 3.Jumlah nodula, nodula efektif dan
inefektif
|
|
Dari hasil pengamatan dapat dilihat kondisi tanaman atau warna
daun dari tanaman kacang merah pada pengamatan akhir dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Dari hasil pengamatan dapat dilihat kondisi akar
tanaman tanaman kacang kedelai pada
pengamatan akhir dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar hasil praktek beberapa perlakuan
1 = Control
2 = Biakan mrni
3 = Tanah bekas tanaman kedelai
4.2. Pembahasan
Pada pelaksanaan praktikum yang telah kami
lakukan dilaboratorium yang memiliki bintil akar yang paling banyak
adalah perlakuan tanah bekas kedelai. Jumlah
bintil akar terendah terdapat pada perlakuan control. Jumlah bintil
efektif yang terbanyak terdapat pada perlakuan tanah bekas kedelai
dibandingkan dari perlakan lainnya sedangkan bintil akar efektif yang
paling sedikit pada perlakuan biakan murni. Ciri
bintil akar yang efektif adalah bila dibelah melintang akan
memperlihatkan warna merah muda hingga kecoklatan di bagian
tengahnya. Pigmen merah leghemeglobin
ini yang paling berperan dalam
memfiksasi N. Pigmen itu dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid
dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin di
dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen
yang difiksasi. Korelasinya positif, semakin banyak jumlah pigmen,
semakin besar nitrogen yang diikatnya.
Sehingga setelah kita melakukan praktikum
dilaboratorium maka kita sudah mampu mengetahui dan memahami sebagian
apa yang telah kita pelajari bahwa inokulasi rhizobium pada tanaman
kedelai sangat perlu kita lakukan karena dapat menunjukkan hasil yang
cukup baik yang diantaranya adalah tanah bekas kedelai.
Bintil akar tersebut terbentuk dari serangkaian
proses yang diawali dengan adanya baktery rhyzobium sp terhadap suatu
bulu akar,kemudian terjadi interaksi pada tanaman, sehingga
terbentuk bintil akar. Akan tetapi
interaksi atau pun simbiosis itu tidak selalu terjadi keserasian
antara tanaman dengan rhizobium itu sehingga dapat mengakibatkan
bintil akar yang dihasilkan tersebut ada yang tidak efektif dalam
memfiksasi N dari udara.dan sebagaiman kita ketahui bahwa bintil akar
tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan fiksasi nitrogen dari
udara sehingga tanaman menjadi mampu memenuhi sebagian kebutuhan
nitrogen dari tanaman.
Sebagai tanaman yang relatif banyak membutuhkan
hara N, pada lingkungan yang optimal sekitar 60% dari kebutuhan hara
N kedelai dapat dipenuhi dari simbiosis antara tanaman kedelai dengan
rhizobium. Efektifitas simbiosis tersebut antara lain dipengaruhi
oleh populasi rhizobium di dalam tanah. Jumlah rhizobium di dalam
tanah sudah cukup apabila populasinya 1.000 sel rhizobium/g tanah.
Sebagai tanaman yang relatif banyak membutuhkan hara N, padA
lingkungan yang optimal sekitar 60% dari kebutuhan hara N kedelai
dapat dipenuhi dari simbiosis antara tanaman kedelai.
Pada tanaman yang telah dipraktekkan bahwa hasil
yang didapatkan dari 3 perlakuan itu adalah yang paling banyak
menghasilkan bintil akar pada tanaman bekas kedelai, biakan murni dan
control yang paling rendahdan selain dari pada itu,bahwa tanah bekas
kedelai juga menghasilkan bintil akar yang efektif dibandingkan
dengan yang dua perlakuan tersebut. Bintil
akar tersebut sebagai organ simbiosis dalam fiksasi N, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi
mikrosimbiom,dengan makrosimbiom.dan sebagai kita ketahui bahwa
keserasian hubungan antara strain rhizobium dan juga varietas kedelai
yang berbintil akar menentukaan keefektifan fiksasi N2.dan untuk
menghasilkan n2 yang maksimal,maka bintil akar yang efektif
memerlukan dukungan dan juga faktor yang tertentu didalam tanah yang
mampu mendukung pertumbuhan tanamanya.
III. KESIMPULAN
.
Dari hasil praktikum yang dilakukan
menggunakan tanah bekas kedelai lebih efektif digunakan dimana dari
hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun tripoliat dan jumlah
bintil akar lebih banyak. Dari perlakuan yang diberikan tanah bekas
kedelai menghasilkan jumlah bintil akar yang lebih banyak serta
meningkatkan ketersediaan dan penyerapan Nitrogen di dalam tanah.
Inokulasi perlu dilakukan karena rhyzobium dalam
tanah tidak efektif artinya tidak dapat mengikat N2 dari udara yang
sebanyak-banyaknya. Untuk menciptakan hubungan yang serasi antara
tanaman dengan rhyzobium sehingga mampu menghasilkan (memperoleh )
bintil akar yang efektif maka inokulasi harus dilakukan dengan
rhyzobium.
DAFTAR PUSTAKA
Adipura.
Yogyakarta. Noortasiah. 2005. Pemanfaatan
Rhizobium japonicum pada Kedelai yang Tumbuh di Tanah Sisa Inokulasi
dan Tanah Dengan Inokulasi Tambahan.
Bengkulu..
Anonim.2009. Pengaruh Inokulai Rhizobium Pada
Kacang Tanah.
http://www.pdf-finder.com/pdf/pengaruh-inokulasi-rhizobium-pada-kacang-tanah.html.
(28 Desember 2015)
E.Nelson.
2011 Teknologi Produksi Tanaman Kacang-Kacangan.
Laboratoriu pangan politeknik
pertanian universitas andalas payakumbuh..
Hermastini.
2007. Trubus Majalah Pertanian Indonesia
(http://www.trubus. online.co.id,
diakses 26 Desember 2015)
Himpunan
Kerukunan Tani Indonesia. 2008. Produksi
Kedelai 2008 Diprediksi Mampu Meningkat 200 Ribu Ton.
Koran ANTARA, (http:www.google.com, diakses 26 Desember2015).






Tidak ada komentar:
Posting Komentar