LAPORAN KULIAH LAPANG TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN 1 (TPTP1) TENTANG JAGUNG (Zea mays L.)




LAPORAN KULIAH LAPANG
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN 1 (TPTP1)
TENTANG JAGUNG (Zea mays L.)


Oleh:
TRI NOVELA
15251421016



DOSEN PEMBIMBING :

Ir.Yulensri. M.Si
Nofrianil SP.M.Si
Fedri Ibnusina SP.MP

Description: Logo Politani Pyk Warna






PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH

2016


BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri.
Dari sisi botani dan agronomi, jagung merupakan tanaman model yang menarik. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Dalam kajian agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap kekurangan atau keracunan unsur-unsur hara penting menjadikan jagung sebagai tanaman percobaan fisiologi pemupukan yang disukai.
Pada saat ini masalah yang sering dihadapi dalam pemeliharaan jagung adalah menurunnya mutu jagung. Hal ini disebabkan oleh seleksi benih yang kurag baik, teknik pemeliharaan yangbelum sepenuhnya baik, serta pengetahuan petani yang masih kurang tentang mutu jagung. Mutu jagung yang baik sangat bergantung pada petani, cara pengelolaan tanah, dan benih tanaman yang baik, Karena tanaman jagung membutuhkan perawatan secara khusus dan ketelatenan yang ekstra. Beberapa hama pathogen, gangguan iklim, dan pemeliharaan yang tidak sesuai dapat menggagalkan panen.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktek lapang ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk bioorganik dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Klasifikasi Tanaman :
  • Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
  • Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
  • Kelas               : Liliopsida (Berkeping Satu / Monokotil)
  • Sub Kelas        : Commelinidae
  • Ordo                : Poales
  • Famili              : Poaceae (suku rumput-rumputan)
  • Genus              : Zea
  • Spesies            : Zea mays L.
2.2 Morfologi Tanaman Jagung
a. Daun
Daun jagung tergolong kedalam daun yang sempurna, Daun pada jagung berwarna hijau muda saat masih mulai menunjukkan daunnya dan hijau tua saat dewasa dan kuning saat sudah tua, tulang daun dengan ibu tulang daun berada sejajar dan daun pada jagung ada yang halus tanpa bulu dan ada pula yang kasar dengan bulu.
b. Batang
Batang tanaman jagung tegak lurus dan kokoh, batang tanaman jagung terdiri dari ruas-ruas dan disetiap pelepah dibungkus dengan daun yang selalu muncul disetiap buku nya, namun batang jagung tidak banyak mengandung lignin, namun batang nya tetap tegak lurus dan kokoh.
c. Akar
Akar pada tanaman jagung memiliki akar serabut dengan mencaapai kedalaman sekitar 8 m, meski demikian rata-rata akar pada tanaman jagung hanya berada pada kisaran 2 m, selain serabut, akar adventif juga akan muncul ketika tanaman jagung berumur dewasa yang berfungsi memabntu mengkokohkan tegaknya batang jagung.
d. Bunga
Bunga jantan dan betina pada tanaman jagung terpisah, maka dari itu penyerbukan pada tanaman jagung memerlukan bantuan angin, serangga dan bahkan bisa juga manusia. Setiap bunga jantan dan betina pada tanaman jagung harus diserbukkan dengan bantuan alam (Secara alami) atau dengan bantuan manusia, bunga jantan terdapat pada bagian ujung tongkol dari tanaman jagung.
e. Buah
Buah jagung berwana kuning muda saat sebelum dewasa atau putih susu dalam keadaan pembentukan, setiap batang tanaman jagung memiliki setidaknya 1 tongkol jagung, walau sekarang adanya pembaharuan peningkatan mutu jagung jenis hibrida namun umumnya setiap batang hanya satu tongkol saja, dan saat buah jagung dewasa akan berubah bentuk menjadi kekuningan.

2.3 Manfaat Pemberian Pupuk Bioorganik Pada Tanaman
Pupuk memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidup dan produktivitas tanaman yang kita usahakan. Efesiensi dan ketepatan dalam pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, tetapi terkait pula dengan keberlanjutan sistem produksi, kelestarian lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi. Penggunaan pupuk bioorganik merupakan terobosan teknologi yang sudah banyak dikembangkan dalam berusahatani, diharapkan biaya produksi usahatani dapat dihemat, karena harganya relatif terjangkau dan efektif sehingga pencapaian produksi dapat dioptimalkan.
Manfaat dari penggunaan pupuk bioorganik adalah sbb:
1. Menyediakan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman secara seimbang
2. Menguraikan unsur P, K, S, Fe dalam tanah dan mengikat unsur hara N dari udara sehingga bisa dimanfaatkan oleh tanaman agar menghemat penggunaan pupuk kimia.
3. Kandungan Hormon tanaman pada pupuk ini mampu mempercepat pertumbuhan batang, daun, bunga, buah dan akar tanaman.
4. Adanya kandungan mikroorganisme yang menghambat produksi etylen pada tanaman menyebabkan tanaman tidak cepat tua dan mati, jika di aplikasi pada tanaman cabai, kacang panjang, timun, paria, gambas dll akan memperpanjang masa petik (tanaman tidak cepat mati). Jika di aplikasi pada tanaman padi, kedelai dan jagung tanaman akan lebih hijau dan memaksimalkan fase pengisian bulir atau polong (karena daun tetap sehat tidak cepat kuning dan kering walaupun umur menjelang panen).
5. Mikroorganisme yang terkandung mampu menyediakan hormon auksin, giberellin dan sitokinin pada daerah perakaran sehingga membantu mempercepat pertumbuhan tanaman secara seimbang
6. Meningkatkan kesuburan kimia, biologi dan fisika tanah.
7. Mempercepat dekomposisi bahan organik dalam tanah (sisa-sisa tanaman dan rumput) sehingga bahan organik cepat terurai dan bisa dimanfaatkan oleh tanaman
8. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit melaui penyediaan unsur hara dan hormon yang seimbang sehingga menjadikan tanaman tumbuh alami dan sehat
9. Beberapa mikroorganisme yang terkandung mampu membentuk antibiotik yang berfungsi untuk melawan penyakit akar. Selain itu mikroorganisme ini juga mampu menjadi pesaing penyakit akar sehingga bisa menyehatkan tanaman dan mencegah penyakit akar (layu, busuk akar dan busuk pangkal batang)
10. Menghemat penggunaan pupuk kimia hingga 50 % (jika menggunakan pupuk bioorganik penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi 50 %)
11. Menghemat biaya produksi karena harganya sangat terjangkau bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia.
12. Cocok untuk semua jenis tanaman
13. Tidak mengandung racun dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan bahkan mikroorganisme yang terkandung di dalamnya mampu menguraikan racun/ residu kimia dalam tanah
14. Intinya pupuk bioorganik akan meningkatkan produksi atau hasil panen petani, melestarikan tanah dan lingkungan serta menyehatkan petani dan masyarakat Indonesia









BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat
a. Waktu
Waktu pelaksanaan praktek lapang ini adalah pada saat jadwal kuliah lapang mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Pangan.
       b. Tempat
            Tempat melakukan kegiatan praktik lapang ini adalah di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payabumbuh

3.2 Alat dan Bahan
       a.Alat
            Alat yang digunakan pada saat kegiatan praktek lapang ini diantaranya adalah :
·         Cangkul
·         Kored
·         Garu
·         Meteran
·         Tugal
·         Ember
·         Gembor
b. Bahan
     Bahan yang digunakan pada saat kegiatan praktek lapang ini diantaranya adalah :
·         Bibit
·         Pupuk kandang, kompos
·         Pupuk Urea, SP36 Dan KCL
·         Pupuk POC

3.3 Metode Pelaksanaan
a. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan cara membajak atau mencangkul tanah agar gembur dan subur serta memperbaiki aerasi tanah. sebelum tanam di cangkul sedalam 15-20 cm kemudian di ratakan.
Pengelolahan lahan  harus dilakukan dengan cara membersihkan lahan dan berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar tanaman harus di bersihkan dengan cara di cangkul dan ratakan kembali.
Lahan yang digunakan dalam pratikum jumlahnya adalah 2 plot, dengan ukuran 4 m x 4 m. Kemudian 2 plot tersebut di jadikan menjadi 4 bedengan. 
b. Pemupukan
Pada tahap ini kita menambahkan pupuk bioorganik, pupuk kandang dengan 4 perlakuan. Dengan rincian sebagai berikut :
1.      Bedengan 1 Dengan Perlakuan 0 Ton/Ha (0 kg)
2.      Bedengan 2 Dengan Perlakuan 5 Ton/Ha, (4 kg)
3.      Bedengan 3 Dengan Perlakuan 10 Ton/Ha (8 kg)
4.      Bedengan 4 Dengan Perlakuan 15 Ton/Ha (12 kg)
Dan selanjutnya kita juga membahkan pupuk N, P, K pada saat penanaman
Taburkan pupuk kandang dan bahan organik lainnya dengan merata sesuai dosis yang ditentukan
c. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan jarak 75 x 25 cm dengan kedalaman ± 3-5 cm, dengan 2 biji/lubang tanam. Lalu mengaplikasikan pupuk N, P, dan K dengan takaran dosis yang sudah ditentukan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara memberikan pupuk disekitar tanaman (melingkar).
d. Pemeliharaan
Pada tahap pemeliharaan ada beberapa hal yang kita lakukan, diantaranya:
·      Penyiangan
Penyiangan akan dilakukan dengan memperhatikan jumlah populasi gulma, apabila sudah tumbuh gulma maka dilakukan penyiangan gulma. Penyiangan gulma dilakukan pada tiga tempat yaitu yang pertama ditengah bedengan dengan menggunakan cangkul, penyiangan pada tengah bedengan ini sekaligus membumbunkan tanah kepangkal tanaman jagung; tempat yang kedua yaitu pada bagian pinggir bedengan caranya menyiangi gulma dengan menggunakan kored, penyiangan gulma di bagian tepi bedengan tidak dianjurkan gulma tersiangi seluruhnya, jadi hanya pemangkasan gulma saja. Hal ini dilakukan untuk menghindari erosi tanah disekitar bedengan yang disebabkan oleh air hujan; tempat ketiga yaitu  pada parit dengan menggunakan cangkul. Gulma dibagian parit disiangi seluruhnya agar jika terjadi hujan air lancar dan tidak menggenangi tanaman.
·      Pembumbunan
Untuk efisiensi tenaga, biasanya pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan kedua. Tujuan pembumbunan yaitu untuk memperkokoh posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu, pembumbunan juga  bertujuan untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi.
·      Penyiraman
Pada minggu pertama, penyiraman di lakukan setiap pagi dan sore karena tanah harus basah dan lembab saat awal pertumbuhannya. Minggu-minggu selanjutnya, penyiraman dilakukan sehari sekali tergantung keadaan tanah. Penyiraman tidak perlu dilakukan saat hari hujan.


e. Pemberian Pupuk Sintetis
Diberikan lebih kurang 2 minggu HST. Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan harus diperhatikan seperti dosis, waktu pemberian dan caa pemupukkan.

f. Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap bibit tanaman yang rusak ataupun mati. Dilakukan sekitar ±1 minggu ST. Ini dilakukan agar kita bisa memaksimalkan hasil produksi, dan hasil nya sesuai dengan target yang sudah ditentukan.

g. Penjarangan
Penjarangan dapat dilakukan 2-3 minggu setelah penanaman. Caranya dengan memotong batang tanaman menggunakan gunting atau pisau tajam. Tanaman yang disisakan berupa tanaman yang pertumbuhannya sehat, kokoh, dan vigor. Walaupun dilakukan penjarangan, jumlah tanaman yang harus disisakan tetap sesuai dengan rencana jumlah tanaman optimal setiap hektarnya
h. Pemangkasan
Pemangkasan atau purining adalah langkah pembuangan beberapa bagian pada tanaman seperti cabang dan ranting untuk mendapatkan bentuk tertentu, sehingga dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi agar cahaya matahari mampu menyinari, , sehingga keberadaan daun, rating, dan buah yang terlampau lebat dapat mempermudah mendeteksi hama penyakit, serta mempermudah proses panen tanaman tersebut. Selain itu pemangkasan juga berguna untuk mengurangi beban tanaman dikurangi. Dengan begitu, tanaman dapat menghasilkan buah dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
i. Pengamatan Vegetatif
Pertumbuhan vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang. Fase vegetatif ini berhubungan dengan 3 proses penting, yaitu : (1) pembelahan sel, (2) Perpanjangan sel, dan (3) Tahap pertama dari diferensiasi sel.
j. Panen dan Pasca Panen
            1. Panen
Tanaman jagung dapat dipanen apabila sudah mencapai matang fisologis (tergantung dari varietas dan tinggi tempat). Berikut adalah beberapa faktor dan ciri-ciri yang dapat mempengaruhi masa panen yaitu :
·  Jagung yang akan siap panen terlihat dari terbentuknya lapisan hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) yang sudah mengering atau berwarna coklat muda. Panen jagung dilakukan pada saat tongkol berumur 7-8 minggu setelah keluar bunga, adanya penampakan biji jagung yang mengkilap pada saaat tongkol dikupas, dan biji  pada saat ditekan dengan tangan tidak meninggalkan bekas melekuk, serta  kadar air dalam biji sudah mencapai 35 – 40%. Karena kadar air biji jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil, jika pemanenan dilakukan pada kadar air rendah (17- 20%), akan menyebabkan terjadinya susut hasil akibat tercecer sebesar 1,2 – 4,7% dan susut mutu 5- 9%. Tetapi jika dilakukan panen pada kadar air tinggi (35- 40%), susut hasil akibat tercecer mencapai 1,7- 5,2% dan susut mutu 6- 10%.
·  Jangan melakukan panen dalam waktu awal atau tongkol masih belum mencapai matang fisilogis, karena akan menyebabkan penurunan kualitas produksi seperti  menghasilkan banyak butir muda, sehingga daya simpan jagung  menjadi rendah. Dan apabila panen  dilakukan terlambaat, maka akan menyebabkan rusaknya biji akibat deraan lingkungan dan serangan hama. Jika panen dilakukan pada musim hujan menyebabkan biji jagung mudah berjamur sehingga biji akan terkontaminasi aflatoksin, yaitu metabolit beracun yang dihasilkan oleh cendawan Aspergillus flavus yang dapat meracuni manusia dan hewan. Maka penentuan saat panen jagung yang paling tepat selain memperhatikan ciri-ciri matang fisiologis pada tongkol, juga menentukan umur tanaman mencapai paling optimum.
·  Perhatikan keadaan cuaca pada saat akan melakukan panen, sebaiknya pilihlah cuaca yang cerah pada saat pemanenan jagung dilakukan.
·  Cara pemanenan tanaman jagung dilakukan secara manual dengan tangan,  dengan menentukan tanaman (pohon) yang bertongkol matang fisiologis kemudian tongkol dipetik dengan tangan hingga terlepas dari batangnya. Jika tidak segera dikonsumsi atau dijual, jagung sebaiknya dipanen bersama klobotnya agar biji tidak mudah rusak dan dapat disimpan selama 3-4 bulan. Kemudian lakukan proses  pengeringan atau penyimpanan jagung berupa para-para dalam jumlah yang cukup.

2. Pasca Panen
Penanganan pascapanen jagung sebagai produk biji-bijian meliputi panen, yang dapat dilakukan pada tingkat kadar masih tinggi (lebih dari 30%) ataupun ketika kadar air jagung sudah cukup rendah (20-25%), perontokan, dan pengeringan, baik pengeringan jagung tongkol maupun jagung pipil.
Tingkat kemasakan jagung dilihat dari perbedaan dalam proses penanganannya, yaitu masak susu dan masak lunak terdiri dari panen, pengemasan segar dan penyimpanan. Kemudian proses pasca panen berikutnya  untuk jagung  yaitu masak tua dan masak mati terdiri dari proses panen, pengeringan tongkol, penyimpanan tongkol, pemipilan, pengeringan jagung pipilan dan penyimpanan jagung pipilan. Penanganan ini sangat bertujuan untuk memproduksi jagung pipilan dari pengumpulan hasil, penempatan dalam wadah, pengangkutan, pengeringan, pemipilan, pengeringan ulang dan penyimpanan. Penanganan pasca panen ini dibedakan antara penanganan jagung tongkol dan jagung pipilan.
Berikut adalah tahapan penanganan jagung tongkol  yaitu :
  • Pengumpulan hasil, yaitu mengumpulkan hasil panen di tempat yang teduh dan strategis sambil melakukan sortasi tongkol yang terserang hama atau penyakit
  • Pewadahan, yaitu memasukkan ke dalam kantong goni atau wadah lain secara teratur
  • Pengangkutan
  • Pengeringan tongkol dengan cara mengeringkan tongkol satu persatu
·         Pemipilan
Proses pemipilan dilakukan dengan maksud memisahkan biji dari tongkolnya. Pemipilan biasanya dilakukan ketika jagung sudah mealui proses pengeringan.
  • Penyimpanan, yaitu pada ikatan-ikatan tongkol disimpan digudang penyimpanan atau diatas tungku dapur dengan cara digantung pada tali atau bilah bambu. Sedangkan untuk penanganan jagung pipilan sama seperti penanganan jagung tongkol, hanya setelah pengeringan dilakukan kegiatan pemipilan, pengeringan ulang dan penyimpanan dengan segera.

















BAB IV HASIL & PEMBAHASAN
4.1    Hasil
Tabel 1. Data pengamatan vegetatif  tanaman jagung dengan dosis pupuk kandang yang berberda – beda
Perlakuan
Panjang daun
Lebar Daun
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
14 HST
21 HST
14 HST
21 HST
14 HST
21 HST
14 HST
21 HST
0 ton/ha
22 cm
42,5
2,3 cm
4
29 cm
53
9
13
5 ton/ha
21,5
43,75
2,25
4,5
28,5
54,5
8
14
10 ton/ha
22 cm
40
2,0 cm
4,25
28
50
8
12
15 ton/ha
21,25
41,25
2,4
4,5
27,5
51
7
13

Tabel 2. Komponen hasil jagung dengan dosis pupuk kandang yang berbeda –beda
Hari/tanggal : rabu, 14 desember 2016
Perlakuan
Panjang tongkol
Diameter
Jmlh baris/tongkol
Jmlh biji/baris
0 ton/ha
20
43
15
40
5 ton/ha
21
44
17
42
10 ton/ha
20
42
15
40
15 ton/ha
20
42
15
41

Tabel 3. Komponen hasil jagung per petak panen
Perlakuan
Berat Basah (gr)
Kadar Air
0 ton/ha
1837
29,56
5 ton/ha
1854
30,1
10 ton/ha
1780
30,5
15 ton/ha
1690
31,7


·         Hasil panen / produksi
Jarak tanam = 25 x 75 cm
Prod/ha =

*      Perlakuan 0 ton/ha
Prod/ha = /1000
Prod/ha = 53.333,3 x 600 x (275-43,45)/1000
Prod/ ha = 31.999,9 x 231,55/1000
Prod/ha =

*      Perlakuan 5 ton/ha
Prod/ha =
Prod/ha = 53.333,3 x 714 x (275-43,45)
Prod/ ha = 38.079.976,2 x 231,55 gr
Prod/ha =

*      Perlakuan 10 ton/ha
Prod/ha = /1000
Prod/ha = 53.333,3 x 600 x (275-43,45)/1000
Prod/ ha = 31.999,9 x 231,55/1000
Prod/ha =


*      Perlakuan 15 ton/ha
Prod/ha =
Prod/ha = 53.333,3 x 615 x (275-43,45)
Prod/ ha = 32.799,9 x 231,55 gr
Prod/ha =

·         PRODUKSI PERPETAK PANEN

*      Perlakuan 0 ton/ha
Prod/ha =
Prod/ha =

*      Perlakuan 5 ton/ha
Prod/ha =
Prod/ha =

*      Perlakuan 10 ton/ha
Prod/ha =
Prod/ha =

*      Perlakuan 15 ton/ha
Prod/ha =
Prod/ha =






4.2    Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis ragam pada variable pengamatan tinggi tanaman, pemberian pupuk kotoran sapi pada berbagai taraf dosis ( 0 ton.ha-1, 5 ton.ha-1, 10 ton.ha.-1, 15 ton.ha-1) tidak memberi pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7 hst dan 14 hst hal ini dikarenakan pada umur 7 dan 14 hari setelah tanam perakaran tanaman jagung belum berkembang sempurna dan belum dapat menyerap unsur hara secara maksimal, sehingga unsur hara yang diberikan belum bisa dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal untuk melakukan pertumbuhan. Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan unsur N dan K pada pupuk kotoran sapi sangat rendah. Padahal unsur N sangat diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan klorofil, dan klorofil sendiri merupakan akseptor dalam penyerapan cahaya matahari yang diperlikan tanaman dalam proses fotosintesis agar dapat menghasilkan fotosintat yang diperlukan tanaman untuk melakukan pertumbuhan dan juga perkembangan.
Unsur P berperan dalam hal pembelahan sel, perkembangan sel, kekuatan batang, kekebalan terhadap penyakit tertentu, pembentukan protein dan mineral. Tanaman yang keku rangan unsur P gejalanya daun berwarna keunguan atau kemerahan. Unsur P merupakan komponen penyusun membrane sel tanaman, penyusun enzim-enzim, penyusun nukleotida ( bahan penyusun asam nukleat). Selain itu juga sebagai karbohidrat, memacu pertumbuhan bunga dan buah serta menentukan kemampuan berkencambah biji yang dijadikan benih, mempercepat pematangan buah dan memperkuat batang agar tidak mudah roboh.
Unsur K berperan dalam meningkatkan system perakaran, penghilang efek rebah dan penembahan kekebalan tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya batanag dan daun menjadi lemas/ rebah, daun berwarnahijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan batang tidak sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
Keadaan inilah salah satu yang menyebabkan semua peubah tidak berpengaruh nyat terhadap perlakuan dosis pupuk kotoran sapi, karena daya adaptasi serta kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara melalui pemupukan sama, sehingga proses pertumbuhan tanaman jagung.

            Jagung merupakan tanaman pangan terpenting kedua setelah padi, namun produksi tanaman jagung masih belum mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional sehingga menyebabkan pemerintah harus mengimpor jagung dari luar negeri untuk memenuhi pangan nasional. Peningkatan produksi harus dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Peningkatan produksi tanaman jagung dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi pengelolaan tanaman terpadu. Menurut Hadijah, (2010) bahwa usahatani jagung pada lahan kering suboptimal dan lahan kering masam melalui pendekatan penelolaan tanaman terpadu (PTT) jagung mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani secara signifikan. Berbagai hasil penelitian telah menghasilkan teknologi budi daya jagung dengan produktivitas 4,5-10,0 t/ha, bergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi yang diterapkan. Teknologi yang diterapkan harus memenuhi lima kriteria, yaitu kelayakan agronomis, keuntungan yang akan diperoleh, kompatibilitas (kesesuaian) dengan sistem usahatani (pola dan rotasi tanam, peralatan, dan sumber daya), kompabilitas dengan prasarana-sarana, ekonomi dan sosial masyarakat, dan dapat diterima secara sosial-budaya.
            Peningkatan produksi hasil panen jagung dapat dilakukan dengan upaya penambahan jumlah input yang salah satunya adalah pupuk. Pupuk merupakan faktor penting dalam peningkatan produksi jagung. Penambahan pupuk organik pada tanaman jagung merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan produksi, yang kaitannya dengan kesuburan tanah. Armando, (2009) berpendapat bahwa pemberian pupuk organik dapat memperpanjang daya serap dan simpan air, menggemburkan lapiasan tanah sehingga dapat menigkatkan kesuburan tanah. Tanah yang subur dapat menyebabkan akar tanaman dapat menembus lebih dalam dan luas sehingga tanaman lebih kuat dan lebih mampu menyerap hara tanaman dan air lebih banyak sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.
            Penigkatan produksi tanaman jagung dapat diupayakan melalui memperluas daerah panen, sehingga semakin luas daerah panen maka semakin tinggi produksi yang diperoleh. Menurut Bustami, (2012)
Benih yang baik (unggul) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap produksi jagung yang diperoleh. Maka dari itu pengadaan benih sebelum ditanam harus diketahui beberapa teknik pengadaan benih antara lain mengetahui kualitas benih itu sendiri. Tiga hal penting yang berkaitan dengan kualitas benih adalah 1) teknik produksi benih berkualitas, 2) teknik mempertahankan kualitas benih yang telah dihasilkan dan pendistribusian benih dan 3) teknik deteksi atau mengukur kualitas benih. Selanjutnya, tiga kriteria kualitas benih yang perlu diketahui adalah, a) kualitas genetik, yaitu kualitas benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman, b) kualitas fisiologi, yaitu kualitas benih yang ditentukan oleh daya berkecambah/daya tumbuh dan ketahanan simpan benih, c) kualitas fisik, ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan kadar air.
Jarak tanam memiliki pengaruh terhadap produksi tanaman karena jarak tanam menentukan pertumbuhan gulma, hama, dan penyakit yang akan berkompetisi dengan tanaman pokok. Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang tinggi yang mengakibatkan produktivitas rendah. Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk mendapatkan produksi yang maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air tersedia cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh kompetisi di atas tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya. Berbagai pola pengaturan jarak tanam pada tanaman jagung telah banyak dilakukan untuk memperoleh hasil produksi yang optimal. Menurut pendapat Nurlaili, (2010) bahwa penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan pada saat penanaman. Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi memanjang karena bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses fotosentesis dan produksi tanaman tidak optimal.
Silaban dkk, (2013) dalam penelitiannya diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa dengan jarak tanam yang lebih rapat (J1 = 70cm x 10cm) dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman yang pesat disebabkan oleh ruang tumbuh tanaman yang semakin sempit sehingga kompetisi cahaya antar individu semakin besar. Sedangkan bahwa penggunaan jarak tanam yang semakin rapat maka jumlah daun semakin sedikit. Hal ini disebabkan dengan jarak tanam yang rapat maka akan terjadi saling tumpang tindih pada daun tanaman. Selanjutnya tanaman akan merespon dengan mengurangi pembentukan daun.














BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam perencanaan usaha pertanian khususnya budidaya tanaman jagung perlu mengetahui kondisi lingkungan yang sesuai dengan tanaman jagung.
Usaha peningkatan produksi tanaman jagung dapat diupayakan dengan penambahan luas areal panen, penyediaan benih unggul, aplikasi pupuk secara tepat dan penambahan bahan organik yang cukup dan pengelolaan tanaman terpadu.
Pesrsiapan benih sebelum ditanam harus diawali dengan pemeriksaan kualitas benih yang memiliki kriteria unggul, sehat, dan berdaya tumbuh tinggi. Selain itu benih diusahakan harus bebas dari gangguan hama dan penyakit.
Jarak tanam sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman jagung karena kaitannya dengan persaingan antar populasi atau dengan gulma dalam hal perbutan nutrisi, cahaya, dan ruang tumbuh tanaman.












DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada 29 Desember 2016
Diakses pada 29 Desember 2016
Https://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses pada 29 Desember 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar